21 Daerah Kronis Stunting, Ini Komentar Anggota DPRD Sumut

Sutarto
Anggota DPRD Sumut dari Fraksi PDI Perjuangan, Dr Sutarto.
Sutarto
Anggota DPRD Sumut dari Fraksi PDI Perjuangan, Dr Soetarto.

Asaberita.com, Medan – Sumatera Utara menempati posisi tertinggi ke-19 di Indonesia dengan prevalensi stunting pada tahun 2022. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Sumut sebesar 21,1%.

Turun 4,7 poin dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2021 prevalensi balita stunting di provinsi yang dipimpin Gubernur Edi Rahmayadi dan Wakil Gubernur Musa Rajekshah ini mencapai 25,8%.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan wilayahnya, terdapat 21 kabupaten/kota di Sumatera Utara
yang memiliki prevalensi balita stunting di atas rata-rata provinsi, kemudian 12 kabupaten/kota lainnya di bawah angka rata-rata provinsi.

Kondisi tersebut menuai komentar dari Dr. Soetarto, MSI sebagai Anggota DPRD Sumut Fraksi PDI Perjuangan. Soetarto mengatakan, masalah stunting di Sumut harus diatasi dengan kerja sama dan kolaborasi semua pihak terkhusus Pemprov dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

BACA JUGA :  Wapres Ma'ruf Minta Dana Desa Diefektifkan Tekan Stunting-Kemiskinan

“Secara umum prevelensi stunting Sumut turun sekitar 4,7 poin menjadi 21,1 %, dari sebelumnya 25,8 % di tahun 2021. Untuk mencapai target stunting diangka 14 % di tahun 2024, tentu tidak mudah, butuh kerja keras dari semua pihak,” jelas Anggota Komisi E DPRD Sumut ini, Kamis (2/3/2023) di Medan.

Lebih lanjut, Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sumut ini juga mengharapkan kerja strategis lintas sektoral dengan aksi nyata yang terukur, mulai dari perbaikan sanitasi, edukasi akan pentingnya gizi, serta peningkatan gizi Ibu hamil dan menyusui serta balita.

“Harus terus dilakukan secara masif dan berkelanjutan. Selain itu menggerakkan dan mengoptimalkan peran Posyandu di Desa dan Kecamatan, harus menjadi prioritas dalam penanganan masalah stunting. Apalagi untuk beberapa kabupaten yang angka prevelensinya masih tinggi, harus terus didorong. Tidak lagi kerja secara parsial tetapi harus secara konprehensif,” tegasnya.

Secara khusus, Soetarto berharap pemerintah harus juga memberikan reward (penghargaan) kepada daerah yang pencapaiannya baik. Sebaliknya Pemkab yang perkembangan prevelensi stuntingnya tinggi harus terus didorong.

BACA JUGA :  Safari Ramadhan di Tabagsel, Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut Soroti Kemiskinan dan Stunting

“Karena masa depan bangsa terletak pada generasi muda, oleh karenanya perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita akan menentukan kualitas generasi muda Indonesia kedepan,” tandasnya.

Prevalensi stunting tertinggi di Sumut diisi oleh Kabupaten Tapanuli Selatan dengan 39,4%. Kabupaten Padang Lawas menempati peringkat kedua sebesar 35,8% dan Mandailing Natal dengan 34,2%.

Daerah terendah ditempati Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan 7,3%. Di sisi lain, Kota Medan menempati peringkat ke-27 dengan angka balita stunting 15,4% dan 21 daerah lainnya diatas 20%. (red/ri)

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *