Indira FDP Lulusan Doktor Terbaik UINSU

kedua orang tuanya Edy Saputra Peranginangin dan ibunya Sri Murniaty Chaniago
Teks Foto : Indira F Deni P (tengah) diapit kedua orangtuanya Edy Saputra Peranginangin dan Sri Murniaty Chaniago. (foto/ist)

Asaberita.com – Medan – Indira Fatra Deni Peranginangin (FDP) terpilih sebagai doktor (S3) terbaik UIN Sumatera Utara Medan pada wisuda ke-77 UINSU dalam Sidang Senat Terbuka, Jumat (19/11/2021) dengan predikat terpuji.

Indira berhasil mempertahankan disertasinya dengan judul “Manajemen Komunikasi Pariwisata Berbasis Lokal Pada Pemkab Langkat Provinsi Sumatera Utara”. Wisuda digelar bertepatan pada Diesnatalis UINSU ke-48 secara online. Atas prestasi tersebut, Indira menerima piagam penghargaan dan beasiswa yang langsung diserahkan Rektor UINSU Prof Dr Syahrin Harahap MA didampingi istri tercinta Putri Rahmadhani Lubis MA.

Indira mengungkapkan bahwa keberhasilan ini tidak terlepas dari dorongan kuat kedua orang tuanya Edy Saputra Peranginangin dan ibunya Sri Murniaty Chaniago yang terus memberikan semangat dan do’a. “Kehadiran kawan-kawan juga memberikan motivasi bagi penyelesaian studi S3 di UIN Sumatera Utara,” katanya.

Dia juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh civitas akademik Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara. “FIS tempat saya bertugas yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian perkuliahan, kemudian civitas akademik Fakultas Dakwah Dan Komunikasi,” katanya.

Keberhasilan ini kata dia, dipersembahkan untuk kepentingan masyarakat pada umumnya, semoga ilmu yang saya dapatkan ini berguna bagi masyarakat di Sumatera Utara dan umumnya di Indonesia.

Beliau juga menyampaikan terimakasih kepada Bupati Langkat Terbit Rencana Peranginangin dan Kadis pariwisata dan kebudayaan ibu Hj Nur Elly Heriani Rambe, MM yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian komunikasi pariwisata di Kabupaten langkat. “Semoga kepemimpinan diera beliau Kabupaten Langkat semakin maju dan kondusif,” katanya.

BACA JUGA :  Aksi Kolaborasi Gotong Royong KKN 53 UINSU dengan KKN UNIMED, Bersinergi Bangun Lingkungan Bersih, Asri dan Sehat

Dampak dari penelitian tersebut kata dia, untuk agama dan nilai budaya lokal. Sekaligus melahirkan regulasi bersifat mandiri yang disebut dengan local law. Hukum lokal melahirkan aturan-aturan yang bersifat kondisional (conditional regulating) yang dalam hal ini disesuaikan dengan kebutuhan destinasi wisata.

Kemudian evaluasi dibutuhkan dalam upaya memperbaiki komunikasi pariwisata berbasis lokal. Selanjutnya pengembangan (developing) juga perlu dilakukan terhadap program-program yang sudah terlaksana dengan baik. Semua unsur manajemen komunikasi pariwisata berbasis lokal yang melahirkan analisis kebijakan publik dalam melakukan pengembangan pariwisata berbasis lokal. Dimulai dari planning, organizing, actuating, controlling,conditional regulating, evaluating dan developing atau disingkat dengan model POACCED.

Kata dia, model POACCED adalah fungsi manajemen POAC dengan menambahkan conditional regulating, evaluating dan developing. Upaya memanjemen komunikasi pariwisata berbasis lokal sangat ditentukan oleh kondisi realita masyarakat setempat, dimulai dari kebiasaan yang secara turun temurun terus dilakukan oleh masyarakat lokal, seperti faktor agama dan tradisi budaya. Keberagaman agama dan suku budaya merupakan kekayaan yang nilainya dapat diintegrasikan didalam aturan tertulis yaitu regulasi.

BACA JUGA :  Kejar Akreditasi Unggul, FDK UINSU MoA Dengan Disnaker Provsu
Indira F Deni P saat menyampaikan sambutannya sebagai doktor terbaik saat Yudisium di Inna Hotel Medan. (foto/ist)

Disebutkan, conditional regulation adalah aturan yang dapat diproyeksikan untuk men-cover segala kondisi temporal lokal. Misalkan seperti saat ini kondisi pandemic covid-19 yang membutuhkan regulasi-regulasi kondisional terkait dalam upaya pengembangan pariwisata lokal.

Kemudian misalkan pada wisata alam yang sedang mengalami bencana alam, butuh regulasi kondisional dalam penanganan dan upaya relokasi cepat tanggap untuk membenahi destinasi wisata. Selanjutnya pada wisata budaya, akulturasi budaya yang terjadi memberikan dampak terhadap pengelolaan pariwisata berbasis lokal.

Eklektifitas model manajemen komunikasi pariwisata berbasis lokal POACCED tidak mendiskriminasi antar sains umum dan ilmu agama. Berangkat dari pemahaman dasar bahwa ilmu komunikasi yang bersifat interdisipliner dan multidisipliner yaitu disiplin ilmu komunikasi dilahirkan dari ilmu-ilmu sebelumnya seperti filsafat, psikologi, sosiologi, antropologi dan politik.

Kontribusi beberapa disiplin keilmuan itu memberikan wawasan dan wacana baru yang disebut dengan kapita selekta komunikasi, bahkan agama dalam hal ini Islam juga memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu komunikasi.

“Dari kondisi itu, maka unsur keislaman dan kebudayaan akan dicover dalam point conditional regulating, bahwa dasar pembentukan manajemen komunikasi pariwisata lokal adalah kehadiran agama dan budaya yang dominan memberikan makna baru dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata berbasis lokal,” kata Indira. ** msj

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *