Wabah Penyakit dalam Kacamata Alquran

Ulya

Ulya

Oleh : Faiqoh Nadhiroh Ulya El-Salem

Bacaan Lainnya

DI DUNIA ini, banyak sekali epidemis mematikan yang menyerang umat manusia seperti flu burung, antraks dan demam berdarah.

Dan, wabah menular terbesar yang saat ini menghebohkan dunia selain penyakit Aids (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah Covid19 (Virus Corona). Penyakit tersebut dapat menghancurkan sistem kekebalan tubuh dan gangguan pernafasan akut berat yang disebabkan oleh Covid19.

Bagaimana tidak, sudah banyak korban yang meninggal dunia akibat wabah penyakit ini, dan hingga kini kedua penyakit tersebut belum ditemukan obatnya. Yang ada hanyalah obat untuk mencegah dan mengurangi percepatan penyebaran virus tersebut dalam tubuh.

Bahkan tamiflu semacam vaksin corona yang direkomendasikan untuk dipergunakan dalam penanganan penyakit corona tersebut, memiliki efek samping yang sama besarnya dengan penyakit tersebut jika tidak digunakan dengan dosis yang aman dan tepat yang sulit dalam penentuannya.

Karena itu, masyarakat dunia dibuat resah dan terus mengadakan penelitian guna menemukan obat terbaik yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit tersebut dan tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan tubuh. Tetapi kita harus tetap optimis pasti ada obatnya. Karena Rasulullah Saw. pernah bersabda “Allah tidak menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obat baginya” (HR. Bukhori).

Karena itu, menyikapi merebaknya berbagai wabah penyakit akhir-akhir ini, hendaknya jangan dihadapi dengan kepanikan dan kecemasan yang berlebihan. Sesungguhnya wabah-wabah penyakit yang mematikan tersebut, telah ada sejak zaman dahulu sebagaimana yang tersirat dan diisyaratkan dalam Alquran surat al-Fiil yang menceritakan tentang tentara bergajah yang terjangkiti penyakit menular dan dalam surah al-Baqarah tentang kisah “pesakitannya” tentara Thalut.

Rasyid Ridha dalam tafsirnya al-Manar menafsirkan kata at-thair dalam Surat al-Fiil dengan arti hewan sebangsa serangga, bukan burung sebagaimana yang lazim kita ketahui. Dengan mengartikan at-thair sebagai serangga yang membawa penyakit, akan lebih ma’qul atau dapat diterima akal.

Lalat contohnya, kenyataan bahwa lalat membawa penyakit terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri yang artinya “Sesungguhnya salah satu sayap lalat adalah racun dan yang lainnya adalah obat, maka apabila ia jatuh pada makanan, maka benamkanlah ia karena sesunguhnya ia mendahulukan racun daripada obat” (HR. Ahmad).

At-thair (serangga) dalam Surat al-Fiil ditugaskan untuk menyebarkan wabah kepada pasukan tentara bergajah di bawah pimpinan Abrahah yang ingin menghancurkan Ka’bah.

BACA JUGA :  Berpolitik untuk Saling Memuji

Serangga tersebut menyerang tentara bergajah dengan membawa bibit penyakit mematikan dan menular sehingga setelah mereka melaksanakan tugas tersebut, para tentara beserta gajahnya tertimpa penyakit hebat dan menular yang membuat seluruh kulit tubuh mereka bernanah, melepuh dan mengeluarkan cairan. Gambaran ini dilukiskan Alquran dalam surah al-Fiil dengan kiasan seperti dedaunan yang habis dimakan ulat.

Penjelasan seperti ini juga diungkapkan oleh Quraisy Shihab dalam bukunya Tafsir al-Mishbah. Dengan penyakit mengerikan ini tentara bergajah pimpinan Abrahah tersebut pun hancur dan gagal dalam misi mereka menghancurkan Ka’bah yang mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.

Ibarat lain yang diisyaratkan al-Quran tentang wabah penyakit, juga bisa kita temukan dalam surat al-Baqarah ayat 249. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa ketika tentara Raja Thalut yaitu raja bijaksana yang ditunjuk Allah pada zaman Nabi Daud As. (QS. Al-Baqarah: 247) akan menyeberangi sungai untuk melawan pasukan Jalut.

Thalut berpesan kepada pasukannya bahwa Allah menguji mereka untuk tidak meminum air sungai tersebut. Dia berkata: “barang siapa yang minum dari air sungai itu maka bukanlah pengikutku dan barang siapa yang tidak meminumnya kecuali menciduk seciduk tangan maka ia adalah pengikutku”.

Setelah diteliti, ternyata larangan Thalut untuk minum dari air sungai itu mengandung pesan moral untuk tidak gegabah dan tidak berlebihan dalam bertindak sehingga akan merugikan kesehatan.

Seorang peneliti menyatakan bahwa pada suhu tertentu, lintah akan berada pada dasar sungai atau pada kedalaman tertentu dan tidak akan naik ke permukaan air. Ini sesuai dengan larangan Thalut untuk tidak minum dari air sungai kecuali hanya seciduk tangan. Sebab jika mereka minum dengan menciduk menggunakan wadah, niscaya lintah-lintah yang berada di dasar sungai itu akan terangkat dan menempel pada wadah.

Maka benarlah, ketika Thalut dan tentaranya telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum air sungai dengan menggunakan wadah berkata bahwa mereka pada hari itu tidak sanggup untuk melawan Jalut dan tentaranya. Dikisahkan mulut mereka memerah dan berdarah. Ini merupakan akibat dari keserakahan mereka dan berlebih-lebihan dalam bertindak.

Kedua kisah ini dipaparkan guna mendapatkan pemahaman bahwa virus wabah penyakit telah ada sejak zaman dahulu. Karena itu yang perlu dicermati dan diambil hikmahnya adalah bahwa penyakit dalam satu sisi dapat menjadi bencana bagi golongan yang ingkar kepada Allah swt, namun disisi lain dapat menjadi ujian bagi golongan yang mengimani-Nya.

Penyakit diturunkan Allah swt untuk melihat siapakah diantara kita yang memiliki amal yang terbaik. Allah swt memberikan isyarat kepada manusia bahwa setiap penyakit ada penyebabnya, dan penyebab itu tidak lain dilakukan oleh perbuatan dari manusia itu sendiri.

BACA JUGA :  Ismael SH Mengabdi Sepenuh Hati For Siantar

Penyakit Aids misalnya, menyebar luas salah satunya disebabkan oleh free sex dan prostitusi yang sudah berada pada stadium kritis. Hampir di setiap pojok kota dan bahkan mungkin pedesaan di negeri ini, ditemukan tempat dan orang-orang yang menyediakan kenikmatan sesaat tersebut.

Akibat dari perbuatan bejat ini bukan hanya para pelakunya yang terjangkiti penyakit tersebut, namun orang-orang yang tidak berdosa pun, seperti bayi yang berada dalam kandungan ibunya yang terinfeksi penyakit ini, ikut-ikutan tertular hingga menderita penyakit tersebut sepanjang hidupnya.

Padahal, ayat Alquran telah menyiratkan pengecaman terhadap free sex atau dalam istilah agama Islam di sebut zina. Bahkan untuk sekedar mendekatinya pun dilarang dengan berbagai indikasinya. Sesuai dengan firman-Nya dalam surah al-Isra ayat 32 “janganlah kamu mendekati zina”.

Penyakit Corona disebabkan karena kurangnya kita menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan menjaga kebersihan kandang hewan-hewan peliharaan, sehingga bibit penyakit yang ada dapat bertahan hidup dan menyebar dengan cepat.

Padahal Rasulullah SAW mengisyaratkan agar kita selalu menjaga kebersihan sesuai sabdanya “kebersihan adalah sebagaian dari Iman”. Juga firman Allah swt “Sesungguhnya Allah swt menyukai orang-orang yang menjaga kebersihan”, menjaga kebersihan jasmani dan rohani.

Jika telah diperingatkan oleh Allah swt melaluai ayat-ayat-Nya namun manusia juga tetap membandel, maka ia menghukum mereka dengan berbagai musibah dan salah satu di antaranya adalah mengirimkan penyakit mengerikan dan mematikan yang sulit ditemukan obatnya.

Bersama dengan itu, marilah kita selalu menjalankan perintah agama, lebih waspada, lebih menjaga kebersihan dan lebih berhati-hati tidak gegabah dalam mengkonsumsi makanan. Jika kita telah melakukan itu semua dan kita tetap mendapatkan musibah penyakit, maka itu adalah ujian dari Allah swt dalam mengukur kadar dan kwalitas keimanan hamba-Nya.

(Penulis adalah Mahasiswi S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Alumni Ponpes Modern Darul Hikmah TPI Medan)

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *