MEDAN – Ribuan pengemudi ojek online (Ojol) yang memadati Jalan Diponegoro Medan pada Selasa (20/5) tak hanya datang membawa keluhan—mereka juga membawa harapan. Dalam aksi damai bertajuk ‘Aksi 205’ yang digelar oleh Gabungan Ojek Roda Dua Medan Sekitar (GODAMS), para driver menyuarakan keresahan terhadap kebijakan aplikator yang dianggap semakin menekan kesejahteraan mereka.
Namun di tengah gelombang massa, Gubernur Sumatera Utara Muhammad Bobby Afif Nasution hadir langsung menemui para pengemudi. Tanpa canggung, ia naik ke atas mobil orator, menyapa pendemo, dan mendengarkan satu per satu tuntutan mereka.
“Kita ini mitra, bukan buruh. Tapi kenyataannya, kami seperti diperas,” teriak seorang driver dari kerumunan.
Empat tuntutan utama dilayangkan: regulasi hukum jelas untuk status driver Ojol, penghapusan program instan aplikator yang merugikan, revisi potongan aplikasi berdasarkan Permenhub 667 Tahun 2022, serta jaminan keselamatan dan perlindungan kerja.
Menanggapi itu, Bobby menyampaikan komitmennya sebagai pemimpin daerah. Ia berjanji akan mengkaji kemungkinan penerbitan Pergub atau bahkan mengusulkan Perda sebagai perlindungan di level provinsi. “Dari Sumut, kami akan kirim surat resmi ke kementerian agar suara teman-teman Ojol sampai ke pusat,” tegasnya.
Yang paling menyentuh, ketika Bobby bicara tentang keluarga para driver.
“Jangan sampai keluarga kalian masuk kategori kemiskinan ekstrem hanya karena kepala rumah tangganya jatuh sakit atau kecelakaan. Minimal biaya kesehatannya harus dijamin,” kata Bobby, meminta aplikator menanggung BPJS para driver.
Permintaan itu pun disampaikan langsung di hadapan perwakilan aplikator. Bobby hanya meminta satu dari empat tuntutan dipenuhi sebagai awal: perlindungan BPJS. Ia memberi waktu dua minggu untuk aplikator menyampaikan hasil pembahasan dengan pusat.
Sementara itu, perwakilan aplikator menyatakan terbuka untuk berdiskusi, namun menekankan bahwa keputusan tetap berada di kantor pusat mereka.
Koordinator aksi, Agam Zubir, mengapresiasi keberanian Gubernur Bobby hadir di tengah ribuan massa.
“Aksi ini nasional. Kami butuh keberpihakan nyata dari pemerintah. Jangan biarkan rakyat kecil terus tertindas oleh sistem yang tidak adil,” ujarnya.
Dengan semangat dialog terbuka dan janji tindak lanjut, aksi damai ini memberi harapan baru bagi para pejuang jalanan. Kini, mata mereka tertuju pada dua pekan ke depan—akankah suara mereka benar-benar didengar?
(ABN)