Nasional

Cendikiawan Muslim Sumut : Koalisi NU – Nasionalis Keniscayaan Sejarah

×

Cendikiawan Muslim Sumut : Koalisi NU – Nasionalis Keniscayaan Sejarah

Sebarkan artikel ini
Dr Iwan Nasution, SHI, MHI
Dr Iwan Nasution, SHI, MHI
Dr Iwan Nasution, SHI, MHI
Dr Iwan Nasution, SHI, MHI

Asaberita.com, Medan – Cendikiawan Muslim Muda Sumatera Utara (Sumut) Dr Iwan Nasution, SHI, MHI menyatakan, wacana koalisi PKB dan PDIP pada Pilpres 2024 merupakan sesuatu yang sangat tepat, ideal dan menjadi keniscayaan sejarah.

Hal itu disampaikan Dr Iwan Nst menanggapi derasnya wacana koalisi PKB – PDIP dan paket Abdul Muhaimin Iskandar (Gus AMI) – Puan Maharani atau sebaliknya, sebagai calon presiden – wakil presiden pada Pilpres 2024 mendatang.

“Wacana koalisi PKB – PDIP pada Pilpres 2024 merupakan refresentatif bersatunya NU dan kaum nasionalis dalam membangun bangsa ini. Koalisi ini sangat tepat, ideal dan menjadi keniscayaan sejarah demi tegak dan terjaganya ideologi Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 45, karena kedua partai ini memiliki kesamaan pandangan dalam kebangsaan,” ujar Dr Iwan kepada wartawan, Rabu (5/6/2021) di Medan.

Iwan menjelaskan, PKB adalah partainya kaum nahdiyin yang religius nasionalis, sedangkan PDIP adalah partainya kaum nasionalis yang religius. Keduanya bisa saling melengkapi dan akan menjadi kekuatan besar dan sangat baik untuk memajukan Indonesia.

Dalam sejarah Indonesia, lanjut Dr Iwan, koalisi antara kaum religius nasionalis dengan nasionalis religius memang selalu terjadi, bahkan sejak awal perjuangan kemerdekaan hingga kemerdekaan RI diproklamirkan oleh para tokoh bangsa.

BACA JUGA :  PTSL Lampaui Target, 120,9 Juta Bidang Tanah Berhasil Didaftarkan hingga Tahun 2024

Dalam sejarah, para tokoh dari ulama-ulama NU serta kaum nasionalis seperti Bung Karno dan lainnya, bahu-membahu bekerjasama mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan NKRI dan Pancasila dari berbagai rongrongan, baik dari kaum imperialis yang ingin kembali menjajah Indonesia, maupun dari kaum anti Pancasila yang ingin merubah ideologi negara.

“Seandainya dibuat tes DNA, maka sumbangan Gen NU dan Nasionalis memiliki persentase tertinggi di banding Gen lain dalam perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan NKRI dari berbagai rongrongan, baik dari luar maupun dalam,” canda Dosen UINSU Medan ini.

Karena itulah, Ketua Cendikiawan Muslim Muda Sumut ini menegaskan bahwa wacana koalisi antara PKB dengan PDIP (relegius – nasionalis) pada Pilpres 2024, merupakan sebuah keniscayaan sejarah yang mestinya harus terjadi dan tidak bisa diabaikan, demi tetap tegak dan terjaganya Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD ’45 (PBNU).

Muballig kòndang dari UIN Sumut ini lebih lanjut mengatakan, maraknya faham radikalisme, intoleransi dan menguatnya ideologi anti Pancasila akhir-akhir ini, justru menjadikan koalisi partai berbasis NU yakni PKB dan partai yang berbasiskan kaum nasionalis yakni PDIP, menjadi kebutuhan objektif sejarah.

“Saat ini intoleransi marak serta ideologi trans nasional menguat di berbagai daerah dan lembaga BUMN menurut beberapa survey, maka koalisi PKB dan PDIP merupakan kebutuhan objektif sejarah demi tegaknya NKRI,” imbuhnya.

BACA JUGA :  13 Formatur Terpilih Muhammadiyah Kurang Ideal, Dahlan Rais Usul Enam Nama Tambahan  

Sehingga, sangatlah ideal dan menjadi kebutuhan objektif pula jika pimpinan PKB dan PDIP dipaketkan pada suksesi Pilpres 2024 mendatang. Selain keduanya memiliki kesamaan pandangan dalam kebangsaan, PDIP adalah partai pemenang Pemilu 2019 dan PKB berada di 4 besar pemenang pemilu sehingga bisa kuat dalam pemerintahan. Dan kerjasama kedua partai ini juga terbukti berhasil dan solid dalam dua priode pemerintahan Jokowi.

“Muhaimin Iskandar selaku Ketum PKB dan Puan Maharani selaku Ketua PDIP mewakili Ketum PDIP Megawati Soekarno Putri, sangat tepat dipaketkan pada Pilpres 2024. Terlepas siapa yang akan menjadi capres dan cawapresnya, kita yakini tingkat keterpilihan pasangan ini sangat besar,” tutup Ustaz Iwan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *