MEDAN – Dinamika politik internal Partai Golkar Sumatera Utara memanas menjelang akhir 2025. Penunjukan Ahmad Doli Kurnia (ADK) sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD Golkar Sumut menggantikan Musa Rajekshah (Ijeck) memicu gelombang protes, termasuk pengunduran diri sejumlah pengurus inti. Situasi ini juga melahirkan spekulasi luas mengenai adanya kepentingan politik jangka panjang menuju Pemilu dan Pilkada 2029.
Pergantian kepemimpinan tersebut tertuang dalam SK DPP Partai Golkar Nomor Skep-132/DPP/GOLKAR/XII/2025, yang secara resmi menunjuk ADK sebagai Plt Ketua DPD Golkar Sumut. Keputusan ini langsung mendapat respons keras dari internal partai di daerah.
Sekretaris Golkar Sumut Mengundurkan Diri
Sekretaris DPD Golkar Sumut, Ilhamsyah, menyatakan mundur dari jabatannya sebagai bentuk protes atas pencopotan Ijeck. Ia menilai langkah DPP Golkar tidak mencerminkan semangat demokrasi internal partai serta mengabaikan capaian elektoral yang telah diraih di bawah kepemimpinan Ijeck.
“Ada kesan kuat upaya sistematis untuk menyingkirkan Ketua Ijeck melalui pembentukan opini tertentu. Ini bukan praktik demokrasi yang sehat, melainkan pengelolaan organisasi berdasarkan kehendak segelintir pihak,” ujar Ilhamsyah di Medan, Kamis (18/12).
Ia menegaskan, selama kepemimpinan Ijeck, Golkar Sumut mencatat peningkatan signifikan perolehan kursi legislatif dan konsolidasi organisasi hingga ke tingkat bawah.
Isu Kepentingan Politik 2029 Mengemuka
Pergantian pucuk pimpinan Golkar Sumut dinilai sejumlah pengamat tidak berdiri sendiri. Analis politik Azhari A.M. Sinik menilai keputusan DPP berpotensi terkait dengan konfigurasi kekuatan politik menuju 2029, khususnya Pilkada Sumut mendatang.
Nama Bobby Nasution, Gubernur Sumut saat ini, kerap disebut dalam analisis tersebut. Ijeck yang telah menyatakan kesiapan maju pada Pilgub 2029 dinilai menjadi pesaing kuat, terlebih hubungan politik keduanya belakangan disebut tidak harmonis.
“Pergantian Ketua Golkar Sumut dapat dibaca sebagai upaya mengendalikan arah dukungan partai ke depan. Golkar adalah partai besar, dan siapa yang menguasai struktur daerah akan sangat menentukan peta politik 2029,” kata Azhari.
ADK dan Arah Musda Golkar Sumut
Masuknya ADK sebagai Plt Ketua juga memunculkan spekulasi mengenai arah Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Sumut mendatang. Sejumlah sumber internal menyebutkan, ADK disebut-sebut tengah menyiapkan figur alternatif untuk kepemimpinan definitif Golkar Sumut, termasuk nama Bupati Labuhanbatu Utara Hendri Yanto Sitorus.
“Iklim internal Golkar Sumut saat ini sangat cair, bahkan cenderung keras. Ada tarik-menarik kepentingan yang kuat, dan posisi Ijeck kian terjepit meski kontribusinya terhadap partai cukup besar,” ujar seorang kader Golkar yang enggan disebutkan namanya.
Arah Dukungan Kader Akar Rumput Jadi Penentu
Situasi ini menempatkan kader Golkar di tingkat DPC kabupaten/kota pada posisi dilematis. Di satu sisi, mereka dihadapkan pada keputusan DPP sebagai struktur tertinggi partai. Di sisi lain, loyalitas terhadap kepemimpinan Ijeck yang dinilai berprestasi masih cukup solid di akar rumput.
Ketegangan politik internal Golkar Sumut diperkirakan akan terus meningkat hingga Musda yang dijadwalkan berlangsung awal tahun depan. Forum tersebut diprediksi menjadi arena penentuan arah politik Golkar Sumut sekaligus peta kekuatan menuju kontestasi politik 2029.
(ABN/Rizky Zulianda)
- UMP Sumut Naik 7,9 Persen, Kapoldasu: Momentum Jaga Kamtibmas dan Stabilitas Ekonomi – Desember 20, 2025
- Golkar Sumut Memanas, Pergantian Ijeck Picu Protes dan Isu Tarik-Menarik Kepentingan Politik 2029 – Desember 20, 2025
- HUT Ke-47 FKPPI Digelar Sederhana, H Buyung: Momentum Perkuat Soliditas dan Kepedulian Sosial – Desember 20, 2025











