Nuklir dalam Perspektif Alquran

Imam

(Mengenang Kembali Tragedi Tsunami)

Imam

Oleh Imam Pratomo, M.HI

Bacaan Lainnya

TELAH kita saksikan bersama di media massa baik koran maupun televisi tentang kedahsyatan bencana yang meluluh lantakkan suatu Negara. Bencana tersebut pernah terjadi di Negara kita Indonesia ini tepatnya pada Minggu, 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh Darusalam (Kota Banda Aceh) dan sebagian Pulau Sumatera, yang sama-sama kita kenal dengan sebutan Tsunami, nama yang indah akan tetapi menyakitkan bagi kita semua.

Nah, begitu juga yang dirasakan rakyat Jepang pada 11 Maret 2011, pukul 05:46 UTC (14:46 waktu setempat). Gempa yang dibarengi dengan gelombang pasang Tsunami yang bertepatan dengan hari Jum’at, telah meluluhlantakkan berbagai infrastruktur yang ada di Negara Jepang. Dunia juga ikut merasakan penderitaan mereka. Jepang merupakan negara maju, negara nomor satu dalam Informasi dan Teknologi (IT), sebagian negara sangat bergantung dengannya termasuk Indonesia.

Bencana gempa dan Tsunami tidak terlalu menyulitkan masyarakat Jepang, ini dapat kita lihat dari seringnya mereka dilanda musibah atau bencana semacam ini. Rakyat Jepang sudah terbiasa dan sudah membuat persiapan dan antisipasi jika bencana itu datang, karena mereka punya prinsip: ‘belajar dari bencana yang datang’.

Ini bisa kita lihat dari bangunan-bangunan yang ada di Jepang yang semuanya memakai IT dan dirancang agar tahan gempa. Sehingga jika gempa datang, bangun tidak runtuh. Dan kita perlu banyak belajar dari Negara Jepang dalam hal ini, sebab negara Indonesia juga sangat rawan dengan gempa.

Namun, yang perlu diantisipasi adalah nuklir yang mereka punya, karena Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mereka pernah meledak akibat gempa yang terlalu keseringan melanda Jepang dan sekitarnya.

Kimia Nuklir (Nuclear) berasal dari kata Nucleon yang artinya Inti. Dan jika mendengar kata Nuklir, otomatis dikepala kita terbayang segala sesuatu yang membahayakan. Nuklir, berbahaya?.

Pada masa Perang Dunia ke II, untuk menaklukkan Negara Jepang, maka negara-negara sekutu yang dipelopori Amerika Serikat sebagai negara Adikuasa menjatuhkan bom atom di Hyirosima dan Nagasaki yang radiasi dan unsur radioktifnya mencapai ribuan kilometer. Akibat zat radioaktif, sebagian besar penduduk di kedua kota itu meninggal dunia.

BACA JUGA :  Pos Indonesia Salurkan Bantuan Pangan di Sumut, Ijeck: Turunkan Angka Stunting

Bertolak dari peristiwa itu, nuklir pun menjadi sorotan sebagai senjata yang sangat berbahaya dan mematikan.

Di kalangan masyarakat awam, jika ditanya apa yang diketahui tentang atom/nuklir?, pasti jawaban yang muncul adalah bom atom/bom nuklir, karena dampak bahaya yang sangat besar dan menimbulkan kerusakan di muka bumi.

Di Indonesia, paradigma tentang ilmu nuklir sebenarnya belum memasyarakat. Paradigma lama yang mengatakan bahwa dampak nuklir dapat merusak dan membahayakan kehidupan manusia, itu masih belum bisa lepas dari pemikiran masyarakat awam. Padahal kalau mereka mau melihatnya dalam kacamata perspektif ilmu, maka pemikiran lama akan luntur secara drastis.

Pada hakikatnya, ilmu nuklir itu justru dapat sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, dan dapat dikembangkan untuk kemaslahatan umat manusia, serta dapat bersahabat dengan alam. Tergantung juga dengan manusianya, dan siapa yang menggunakan nuklir tersebut.

Objek telaah kimia nuklir adalah bahwa, nuklir yang dihasilkan berasal dari inti atom yang mengalami pembelahan sehingga menghasilkan atom-atom atau unsur-unsur yang baru. Ditinjau dari ontology bahwa atom adalah partikel terkecil penyusun materi yang ada di alam. Nuklir adalah suatu reaksi atau proses pembelahan inti atom yang membentuk inti atom baru dengan menghasilkan energy yang sangat besar.

Ada juga reaksi nuklir yang dihasilkan karna, yakni adanya penggabungan dua inti atom yang menghasilkan energy yang sangat dahsyat, proses inilah yang terjadi pada matahari.

Didalam Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa inti dari penyusunan materi yang paling kecil adalah atom yang diterjemahkan menjadi biji sawi, seperti yang tertulis dalam ayat Al-Qur’an : “(lukman berkata) hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau dilangit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya), sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (Qs. Lukman :16).

Jadi efek yang ditimbulkan nuklir tersebut bisa membawa kebahagiaan (kemaslahatan ummat) dan juga bisa menjadi bencana bagi manusia. inilah yang dikhawatirkan rakyat Jepang khususnya dan umumnya buat kita semua.

BACA JUGA :  Analisis Maslahat Mursalah Terhadap Perkawinan Beda Agama

Bencana yang melanda Jepang saat bom atom dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki, hendaknya kita jadikan ibrah (pembelajaran) agar rakyat bangsa ini dapat benar-benar mengintropeksi diri, sudah sejauh mana amal dan kepatuhan kita sama sang Maha Kuasa, karena bencana yang dilanda Jepang juga pernah kita rasakan ketika Aceh dilanda Tsunami yang mengakibatkan ratusan ribu nyawa hilang, astagfirullah.

Oleh sebab itu jangan lah kita selalu berbuat maksiat dan takutlah kepada Allah dimanapun kita berada “Ittaqillah khaisuma kunta”.

Hikmah dibalik bencana ini adalah agar kita semua menjadi hambanya yang sabar, karena kesabaran bisa mengantarkan kita kejenjang ketakwaan kepada Allah Swt, “Sesungguhnya Allah bersama orang orang yang sabar”.

Oleh karena itu marilah kita kembali kepada Allah dengan bertaubat dari segala dosa dan khilaf serta menginstropeksi diri kita masing-masing, apakah kita termasuk orang yang terkena musibah sebagai cobaan dan ujian keimanan ataukah termasuk mereka- wal’iyadzubillah– yang sedang disiksa dan dimurkai oleh Allah karena kita tidak mau beribadah dan banyak melanggar larangan-larangan-Nya.

Menurut Imam Ibnu Katsir, mengutip sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummu Salamah bahwa dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘Tidaklah salah seorang hamba ditimpa musibah lalu mengucapkan inna lillaahi wa inna ilaihi rajiuun, lalu mengatakan ya Allah, berikanlah pahala kepadaku dalam musibahku dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya, melainkan niscaya Allah Swt akan memberikan pahala kepadanya dalam musibahnya itu dan memberikan ganti kepadanya yang lebih baik”. Mudah-mudahan kita rakyat Indonesia ini dijauhkan dari bencana tersebut. Amien Ya Rabb.

(Penulis adalah Dosen Institut Agama Islam Sains Teknologi Alquran (INAISTISQA) Kab.Deliserdang Propinsi Sumatera Utara, Staf Pengajar PPMDH TPI dan Penyuluh Agama Islam Kemenag Kota Medan)

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *