Asaberita.com – Padang – Gundukan tanah di area pemakaman di Padang Pariaman, Sumatera Barat, tiba-tiba menggelembung hingga 1,5 meter. Warga menduga makam tersebut sudah lama ada karena tak ada nama pada nisan kuburan itu.
“Siapa yang dimakamkan di sana, itu belum ada yang tahu, karena kuburannya sudah lama dan tidak ada nama di batu nisannya. Tapi itu kuburan kaum suku Panyalai,” kata Wali Korong Sungai Asam, Anuar, saat dimintai konfirmasi, Sabtu (27/3/2021).
Kuburan itu terletak di Korong Sungai Asam, Nagari Sungai Asam, Kecamatan 2×11 Enam Lingkung, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Pemerintah daerah, ulama, serta tokoh adat telah bertemu membahas peristiwa itu.
“Pertemuan itu menghasilkan sejumlah kesepakatan. Salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada pihak kaum untuk mencari kepastian siapa yang makamnya meninggi tersebut,” ujar Anuar.
Selain itu, makam itu akan dijaga bersama agar tak terjadi perbuatan yang melanggar hukum ataupun agama oleh warga. Dia mengatakan tak boleh ada pungutan liar terhadap para peziarah.
Sebelumnya, tanah kuburan yang mendadak meninggi membuat heboh warga di Korong atau Kampung Sungai Asam, Nagari Sungai Asam, Kecamatan 2×11 Enam Lingkung, Padang Pariaman, Sumbar. Kuburan itu diketahui semakin meninggi dibanding yang lain.
Tanah di kuburan tersebut meninggi hingga 1,5 meter dengan diameter 3-3,5 meter. Kuburan lama tanpa identitas itu ikut serta membawa naik tiga pusara lainnya.
“Dalam 15 hari terakhir, tingginya semakin bertambah. Dulu memang agak tinggi juga jika dibanding (kuburan) yang lain, tapi tidak seperti sekarang. Sekarang sudah semakin bertambah,” kata Anuar.
Anuar menyebut tidak ada bekas penimbunan atau jejak kendaraan yang membawa timbunan ke tempat itu. Batu nisan tidak rusak sama sekali, melainkan ikut naik. “Tidak ada bekas penimbunan juga,” katanya.
Ahli geologi Ade Edwar mengatakan perlu ada penelitian soal fenomena yang terjadi di Padang Pariaman tersebut. Dia mengatakan penelitian dibutuhkan untuk mengecek apakah peristiwa itu alami atau dibuat-buat demi sensasi.
“Perlu dipastikan dulu apakah fenomena ini memang alamiah, karena bisa saja ini dibikin oknum tertentu untuk membuat sensasi,” kata Ade Edward dalam percakapan dengan detikcom, Jumat (26/3).
Meski demikian, Ade menyebut tanah yang tiba-tiba meninggi atau yang dikenal dengan ‘tanah tumbuh’ itu sering terjadi. Terutama, katanya, di sepanjang patahan Sumatera.
“Sepanjang patahan Sumatera, banyak ‘tanah tumbuh’ ini, namanya diapir. Diapir adalah penerobosan (intrusi) batuan karena perbedaan tekanan dan buoyancy. Penerobosan biasanya vertikal melibatkan batuan berdensitas rendah yang relatif mobile menerobos batuan berdensitas lebih tinggi, biasanya melalui rekahan (fracture). Diapir ini bisa di mana saja terjadi,” katanya.
“Di samping fenomenologi diapir, hal lain bisa juga karena adanya patahan, seperti kejadian di pinggir jalan di Lubuk Selasih sebelum Mapolres Solok beberapa waktu lalu, di mana tanah daerah tersebut juga naik terus akibat tekanan dari patahan Sumatera,” tambah dia.** msj/dc