Universitarian

Banyak PTN Belum Maksimal Lakukan Tracer Study  

×

Banyak PTN Belum Maksimal Lakukan Tracer Study  

Sebarkan artikel ini
Dr Bessy Sitorus saat memberikan materi di hadapan peserta Tracer Study UINSU Medan. )msj)
Dr Bessy Sitorus saat memberikan materi di hadapan peserta Tracer Study UINSU Medan. (msj)

Asaberita.com – Medan – Seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia, belum maksimal dalam menjalankan Tracer Study di kampusnya sesuai starndart yang ditetapkan Kemenristek Dikti RI dalam hal melakukan pendataan alumni. Kendala utama yang dihadapi di antaranya, ketidaksesuaian format data dengan standart yang ditetapkan Menristek Dikti RI.

“Target Dikti itu setiap perguruan tinggi 95 persen, tapi nyatanya belum ada yang mencapai target sesuai yang ditetapkan Dikti,” kata Kepala Pelaksana Unit Pengembangan Karir dan Kewirausahaan (PKK) Universitas Negeri Medan (Unimed)  Dr Bessy Sitorus Pane M.Pd dalam paparannya saat tampil sebagai pembicara pada acara Workshop Tracer Study yang digelar UINSU di Berastagi Cottage, Kota Berastagi, Kamis (04/07/2024).

Hadir dalam acara Workshop Tracer Study UINSU, Wakil Rektor III UINSU Prof Dr Katimin M.Ag, Wakil Rektor II Dr M Abror Daud MA, para Wakil Dekan se-UINSU, Tewni Febriany Harumi M.Kom dari USU dan 35 peserta dari operator fakultas di lingkungan UINSU Medan.

Dalam paparannya, Bessy Sitorus mengatakan, perguruan tingi sehebat Universitas Indonesia (UI) saja dalam menjalankan tracer study tahun 2020 hanya direspon 45 persen alumni. Padahal infrastruktur UI dikenal canggih, hebat dan masuk perguruan tinggi papan atas di Indonesia bahkan internasional.

BACA JUGA :  UMA Bantu 100 Paket Sembako kepada Korban Banjir Bandang Di Barus

“UI itu ‘kan dinobatkan sebagai PTN terbaik di Indonesia. Tapi, nyatanya tahun 2020 hanya 45 persen saja yang direspon alumni dalam mengisi tracer study. Tentu ini bukan pengelolanya tidak bekerja maksimal, pasti ada masalah lain,” kata Bessy.

Dia menyebutkan masalah yang sering terjadi di kalangan alumni adalah, kenapa alumni harus mengisi tracer study. Pertanyaan ini saja menjadi masalah. “Karena kita bicara tracer study, itu cuman input data dan lapor data saja. Ini saja masalahnya. Jadi, persiapan apa yang kita perlukan di unit ini. Tentu harus diselesaikan,” katanya.

Di Unimed sendiri, kata Bessy, data Tracer Study baru berjalan 30 persen. Ini artinya, 70 persen belum berjalan. Kegiatan ini ada masalah yang muncul dan fenomenanya memang harus diselesaikan dengan baik.

Bukti lain kata dia, terkait pengumpulan data. Misalnya tahun 2017, Institut Teknologi Sepuluh Nopember hanya direspon alumni 24,22 persen. Univertas Pembangunan Jaya hanya 20 persen di tahun 2019.

BACA JUGA :  Alumni UIN-SU Sayangkan Pernyataan Mengatasnamakan Fungsionaris HMI

“Kendala lainnya, seperti perubahan nomor HP yang sering berubah-ubah. Email juga tidak aktif, data base tidak lengkap. Dan ini yang mengganggu dan menjadi kendala di hampir perguruan tinggi,” katanya.

Bessy menyebutkan, berdasarkan penelitian salah satu dosen, seberapa jauh tertariknya alumni mengisi tracer study. Maka, hasil penelitian itu menemukan sebanyak 81,65 persen alumni kurang tertarik untuk mengisi tracer study. “Ini artinya, hanya sekitrar 19 persen saja yang tertarik,” katanya.** msj

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *