MEDAN — Operasi senyap yang direncanakan Bareskrim Polri untuk membongkar jaringan pengoplosan gas elpiji bersubsidi di Desa Amplas, Kabupaten Deliserdang, diduga bocor sebelum sempat digelar. Akibatnya, para pelaku di lapangan keburu melarikan diri dan lokasi pengoplosan mendadak sepi.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, kebocoran operasi tersebut diduga melibatkan seorang anggota Bareskrim berinisial KP. Dugaan ini kini menjadi perbincangan hangat, mengingat operasi tersebut disebut-sebut telah dirancang cukup lama untuk menindak jaringan mafia gas yang merugikan masyarakat.
“Ada yang membocorkan rencana operasi itu. Begitu kabar beredar, para pelaku langsung menghilang,” ujar Rasyid Habibi Daulay, aktivis mahasiswa yang sejak awal menyoroti praktik pengoplosan gas di kawasan Amplas, Jumat (7/11/2025).
Rasyid mengungkapkan, dirinya bersama sejumlah rekannya sempat menelusuri lokasi pengoplosan di Jalan Keramat Kuda. Namun, seluruh aktivitas di lokasi itu telah berhenti total.
“Warga mengatakan tempat itu mendadak kosong karena ada kabar akan ada operasi dari Mabes Polri,” tambahnya.
Rasyid menilai kebocoran informasi tersebut menjadi sinyal kuat adanya oknum aparat yang bermain di balik bisnis ilegal tersebut. Ia menegaskan, dalam waktu dekat pihaknya akan menggelar aksi di Mabes Polri dan Istana Negara untuk menuntut penegakan hukum yang tegas dan transparan.
“Kami ingin memastikan Asta Cita Presiden Prabowo bukan hanya slogan di atas kertas, tetapi benar-benar diwujudkan dalam tindakan nyata,” tegas Rasyid.
Sebelumnya, dugaan praktik pengoplosan gas di Desa Amplas juga disorot oleh akademisi sosial politik dari Sumatera Utara, Achmad Riza Siregar. Menurutnya, maraknya praktik serupa menunjukkan lemahnya penegakan hukum dan indikasi keterlibatan oknum aparat.
“Ini menunjukkan ketidakberdayaan aparat penegak hukum. Atau jangan-jangan, mereka ikut menikmati hasilnya,” kata Riza, pertengahan Oktober lalu.
Riza menilai, salah satu pilar Asta Cita Presiden Prabowo Subianto adalah pemberantasan mafia komoditas strategis. Namun, realitas di lapangan menunjukkan hal sebaliknya.
“Bareskrim yang digadang sebagai ujung tombak justru kehilangan nyali menghadapi jaringan besar ini,” ujarnya.
Ia menjelaskan, penyimpangan distribusi gas bersubsidi di Sumatera Utara terjadi secara sistematis dan diduga melibatkan oknum aparat, agen nakal, hingga pejabat daerah.
“Kalau ini terus dibiarkan, Asta Cita hanya akan menjadi spanduk di dinding kantor pemerintahan,” tegasnya.
Riza juga mengkritik gaya kerja penegak hukum yang cenderung pasif. “Kalau Bareskrim hanya menunggu laporan, bukan menembus jantung jaringan, berarti mereka tunduk pada status quo,” ujarnya lagi.
Aksi protes terhadap lemahnya penindakan mafia gas sebelumnya juga telah dilakukan. Puluhan mahasiswa dari Jaringan Antikorupsi Seluruh Aktivis (JAKA) berunjuk rasa di depan Markas Polda Sumut pada Agustus lalu. Mereka menuding aparat membiarkan praktik pengoplosan gas di kawasan Selambo, yang kini berpindah ke Jalan Keramat Kuda, hanya sepelemparan batu dari markas Polda.
Dalam aksinya, massa membawa bendera bergambar tengkorak sebagai simbol “pembajak negara” yang mereka tujukan kepada aparat yang diduga membekingi praktik mafia energi.
Aksi serupa juga digelar Koalisi Mahasiswa Pengibar Keadilan Sumatera Utara (Kompek-SU) pada 30 Oktober 2025. Mereka mendesak aparat menindak serius dugaan pengoplosan gas elpiji bersubsidi di wilayah tersebut.
Kasus pengoplosan gas di Amplas telah lama menjadi perhatian publik. Selain merugikan masyarakat secara ekonomi, praktik ilegal itu juga berpotensi menimbulkan ledakan besar akibat proses pemindahan gas berisiko tinggi.
Polisi sebelumnya berjanji akan menindak tegas jaringan pengoplos beserta pihak yang melindunginya. Namun hingga kini, belum ada langkah nyata yang terlihat di lapangan.
Ironisnya, lokasi yang diduga menjadi sentra pengoplosan gas bersubsidi itu berada hanya sepelemparan batu dari markas Polda Sumut — terlalu dekat untuk tidak diketahui.
(ABN/TIM)
- Tuntut Hak ke PT Barapala, Warga Diduga Diserang Oknum Sekuriti Menggunakan Panah dan Tombak – November 18, 2025
- Bulungan Gerakkan Bahasa Isyarat untuk Semua, Putus Rantai Ketidaksetaraan Komunikasi – November 18, 2025
- Menteri Nusron: Selama Jajaran BPN Tidak Mau Kongkalikong, Mafia Tanah Pasti Kabur – November 18, 2025











