BINJAI — Aksi unjuk rasa mahasiswa di depan Gedung DPRD Kota Binjai, Senin (1/9/2025), berakhir ricuh setelah terjadi bentrokan dengan aparat kepolisian. Insiden ini memicu kecaman keras terhadap Kapolres Binjai serta anggota DPRD, yang dinilai gagal menunjukkan sikap negarawan dan abai terhadap aspirasi rakyat.
Massa aksi dari berbagai elemen mahasiswa awalnya datang untuk berdialog secara damai. Namun, upaya tersebut disebut mendapat respons represif. Dalam proses negosiasi, Kapolres Binjai, AKBP Bambang C. Utomo, SH, SIK, MSi, dilaporkan menyampaikan ultimatum bernada tinggi kepada pimpinan aksi.
“Jangan main-main sama saya,” ujar Kapolres, sebagaimana ditirukan mahasiswa.
Pernyataan itu dinilai sebagai bentuk arogansi aparat dan memperkeruh situasi. “Bahasa provokatif seperti itu tidak pantas keluar dari seorang Kapolres. Kami datang dengan damai, membawa tuntutan rakyat, tapi yang kami hadapi adalah tekanan dan intimidasi,” tegas Asril Siregar, Koordinator Aksi, yang turut menjadi korban.
Selain aparat, mahasiswa juga menyoroti sikap DPRD Binjai yang dianggap tidak tegas dan cenderung menghindar. Saat ketegangan meningkat, tidak satu pun anggota dewan turun tangan untuk meredakan suasana. Mereka baru menemui massa setelah bentrokan pecah.
“Ini bentuk nyata ketidakpedulian wakil rakyat. Mereka duduk di gedung yang dibangun dari uang rakyat, tetapi menutup pintu ketika rakyat datang,” seru salah satu orator.
Mahasiswa bahkan mengkritisi unggahan Ketua DPRD Binjai, Gusuartini, di media sosial, yang dinilai manipulatif dan tidak sesuai kondisi lapangan. Beberapa saksi menyebut Ketua DPRD sempat menghindari massa dengan berlindung di area masjid sebelum kericuhan terjadi.
Akibat insiden tersebut, sedikitnya empat mahasiswa mengalami luka-luka, termasuk Asril Siregar, yang mengaku dipukul aparat hingga mengalami memar.
Mahasiswa juga mempertanyakan pembatasan jumlah peserta yang diizinkan masuk ke ruang DPRD, hanya 10–15 orang, padahal kapasitas gedung mampu menampung ratusan orang.
“Kami datang dengan itikad baik, tapi diperlakukan seolah mahasiswa adalah ancaman. Padahal kami bagian dari rakyat yang mereka wakili,” tegas salah seorang perwakilan aksi.
Sebagai tindak lanjut, aliansi mahasiswa menyatakan akan kembali turun ke jalan dalam aksi lanjutan. “Kami belum selesai. Akan ada Jilid II. Jika suara kami terus dikecilkan, maka perlawanan akan terus kami besarkan,” tutup pernyataan mahasiswa.
(ABN/Qhusyai)
- PT TSL Bantah Isu Pemotongan Gaji Security Dispora Sumut, Siap Tempuh Jalur Hukum – Oktober 11, 2025
- Bobby Nasution Bahas Realisasi Pembangunan 20 Ribu Rumah Subsidi di Sumut dengan Pengembang – Oktober 11, 2025
- Bobby Nasution Ajak Semua Pihak Akselerasi Program Perumahan Rakyat di Sumut – Oktober 11, 2025