Asaberita.com – Medan – Ketua Pengurus Wilayah Badan Koordinasi Muballigh (Bakomubin) Sumatera Utara Dr Ansari Yamamah MA mengatakan salah satu persoalan kebangsaan yang terus menjadi perhatian bersama adalah persoalan radikalisme, baik dalam konteks klaim-klaim idiologi keagamaan yang sempit maupun dalam balutan idiologi nasionalisme kiri`
“Keduanya sangat berbahaya. Untuk itulah, UINSU sebagai kampus peradaban menjadi garda terdepan dalam meredam maraknya faham radikalisme,” kata Ansari Yamamah kepada Asaberita.com di Medan, Jumat (05/05/2020).
Dia menyebutkan, pemahaman sempit dalam beragama, munculnya aksi-aksi tragis radicalist–terrorist telah meluluhlantakkan sendi-sendi kehidupan, baik dari sudut sosial, politik, ekonomi, budaya bahkan agama. Fakta inilah lanjut Sekretaris Kopertais Wilayah IX menunjukkan bahwa dalam banyak lembaran kelam tragedy sejarah peradaban umat manusia menutup abad 20. Bahkan, terus berlangsung hingga awal abad 21 ini.
“Salah satunya, buktinya sangat mengemparkan dunia adalah peledakan gedung World Trade Centre yang porak poranda mengakibatkan korban nyawa dan material yang tak ternilai,” kata Ansari Yamamah.
Dia mengatakan, peristiwa WTC tersebut memunculkan pandangan miring dunia terhadap umat Islam dan ajarannya. Dalam konteks Indonesia, tambahnya, pandangan miring tersebut sulit untuk dinafikan. Karena fakta itu, menunjukkan berbagai kasus terjadi telah memperkuat stigma, baik dalam bentuk tindakan-tindakan radikal yang mematikan maupun dalam pengembangan ide-ide radikal yang memecah belah kesatuan tidak hanya dalam koridor kebangsaan tetapi juga dalam bentuk keummatan.
“Isu radikal ini tidak dapat terlepas dari pemahaman keagamaan, di sinilah salah satu peran penting UINSU Medan melalui para alumninya memainkan peran-peran dakwah yang ramah, toleran dan anti kekerasan. Tidak dapat dinafikan, mayoritas para ustadz dan ustazah di kota Medan, umumnya di Sumatera Utara adalah alumni UIN Sumatera Utara,” katanya.
Ansari mengatakan, belajar Islam secara mendalam, tersistematis, analitis, rasional dan tentu saja moderat sehingga dapat dipastikan bahwa mereka mendakwahkan Islam yang sejuk, damai, menghargai pluralitas, dan rahmatan lil alamin.
Ansari yang dikenal sebagai sosiolog UINSU ini menegaskan bahwa ustazd dan ustazah alumni UIN Sumatera Utara telah banyak mewarnai keagamaan umat dan tentu saja peran-peran tersebut semakin menguat dalam menghadapi kehidupan masyarakat dan bangsa yang semakin kompleks.
Di samping itu kata dia, para ustazd dan ustazah yang terus berkecimpung di tengah-tengah masyarakat membawa Islam yang menghargai pluralitas, toleran dan anti radikalisme akan semakin memperkokoh posisi UIN Sumatera Utara dalam rekayasa sosial.
“Masyarakat dan bangsa ini harus diajarkan untuk berfikir terbuka, arif, visioner, dan produktif. Beragama tidak cukup hanya dengan emosi teologis semata, akan tetapi memerlukan sinergitas yang kuat dengan realitas perkembangan sosial masyarakat, sains dan teknologi” katanya.
Bakomubin Sumatera Utara mengingatkan bahwa tidak masanya lagi umat dicekoki dengan nilai-nilai dan informasi eskatologis semata, tapi perlu dibangun sebuah kesadaran sosial yang secara empiris sangat menentukan keberhasilan perjalanan kehidupan sebuah berumah tangga dan juga kehidupan masyarakat dalam membangun peradaban Indonesia dan dunia.
“Ini hanya dapat dilakukan dengan penguatan ide-ide keislaman dan sosial keagamaan yang terbuka, toleran, visioner dan produktif dalam bingkai kebangsaan Negara Republik Indonesia. Alumni UINSU telah teruji dalam melaksanakan tugas mulia ini, sesuai dengan visi misi yang sedang dilaksanakan rektor dan civitas akademika UINSU,” kata Ansari Yamamah. ** msj