Opini

BUDIMAN BERSAMA PERJUANGAN (Edisi 3): Persaudaraan Adalah Kehormatan

×

BUDIMAN BERSAMA PERJUANGAN (Edisi 3): Persaudaraan Adalah Kehormatan

Sebarkan artikel ini
Perjuangan Budiman

Perjuangan Budiman

Oleh : Abi Rekso Panggalih

Dalam tuduhan yang bertubi-tubi terhadap Budiman, mulai dari diksi pengkhianatan hingga tuduhan ketidak konsistenan mengalir deras kepermukaan. Tapi saya meyakini, Budiman maju kedepan bersama perjuangan.

Sebagai kader partai anggota biasa, tentu Budiman melanggar prinsip administratif non-ideologis. Sebuah kesalahan minor yang mungkin dilakukan oleh banyak kader partai anggota biasa. Sesuatu yang semestinya sangat bisa direkonsiliasi.

Sebagai kawan seperjuangan, Budiman tidak pernah menjerumuskan atau juga mencelakakan kawan-kawan seperjuangan. Oleh karena Budiman adalah figur historis dalam satu cakrawala perlawanan orde baru, maka seolah Budiman dikalungi mandatori untuk menuntaskan semua problem tragedi masa lalu.

Padahal kita tahu, satu-satunya aktor yang bisa menuntaskan problem-problem tersebut adalah Negara. Sedangkan kita tahu bahwa sosok Budiman bukan siapa-siapa dalam struktur Negara. Jadi harapan itu juga salah jurusan, jika di titik beratkan pada Budiman.

BACA JUGA :  Indonesia Ada karena Guru Hebat

Hingga argumen ini disebarkan, saya masih membaca dan menonton konten yang bertujuan menghakimi Budiman dalam โ€œSidang Omonganโ€ bahkan tanpa berbasi pikiran apalagi tujuan.

Seraya, ingin memaki dan sumpah serapah terhadap Budiman. Padahal, sikap pilihan Budiman tidak pernah merusak atau mengganggu orang-orang tersebut.

Jangan lupa, politik begitu dinamis. Jalan negosiasi dan aliansi masih terus terbuka. Bukan tidak mungkin Ketua Umum Megawati dengan Calon Presiden Prabowo bertemu di ujung jalan. Jika begitu terjadi, maka Budiman adalah orang yang dizalimi sekaligus dimuliakan Tuhan di waktu yang sama.

Berhentilah, mencerca, memaki sekaligus menghakimi. Dibalik perangkat administratif partai yang ketat. Ada kebebasan โ€œEkspresi Politikโ€ yang juga harus dihormati sebagaimana martabat kemanusiaan. Karena jeritan dan tuduhan yang seakan gemuruh, pada akhirnya bermuara di selokan para pemburu kekuasaan.

BACA JUGA :  Perangkap Politik Dinasti

Budiman tidak melakukan pengkhianatan ataupun perlawanan pada apapun. Dia mengetuk pintu-pintu langit, untuk terbuka atas tujuan yang selama ini dia perjuangkan.

(Penulis adalah Deputi Kajian Said Aqil Siroj (SAS) Institute Abi Rekso Panggalih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *