
Asaberita.com, Medan — Tokoh Aktivis 98 Sumut Muhammad Ikhyar Velayati mendukung gagasan Persatuan Nasional yang terungkap dalam pertemuan Tokoh Aktivis 98 Budiman Sudjatmiko dengan Bacapres Gerindra Prabowo Subianto di Kertanegara IV, Jakarta, Selasa (18/7/2023) lalu.
Menurut Ikhyar, dari hasil diskusi yang di lakukan secara formal maupun informal dengan para aktivis 98 di Sumut serta di berbagai daerah, responnya sangat positif.
“Hasil diskusi saya dengan kawan kawan aktifis 98 di Sumut dan berbagai daerah umumnya positif menanggapi pertemuan dan gagasan persatuan nasional yang di tawarkan dalam pertemuan antara Budiman Sujatmiko dengan Prabowo Subianto. Bahkan untuk menindak lanjuti pertemuan tersebut para aktivis 98 akan mendeklarasikan Relawan Persatuan Nasional di 34 Provinsi di Indonesia,” kata Ikhyar di Medan, Minggu (30/7/2023).
Ketika ditanya apa landasan aktivis 98 mendukung Budiman, padahal di ketahui Prabowo merupakan seteru aktivis waktu pelengseran Soeharto, Ikhyar menjelaskan situasi nasional dan internasional berubah, maka strategi dan kawan berjuang juga bisa berubah.
“Hampir semua kawan kawan aktifis 98 punya analisa yang sama tentang situasi nasional maupun peta geo politik internasional. Berubah kimiawi ekopolnya, maka berubah pula program, strategi beserta kawan perjuangannya” jelas Ikhyar.
Ikhyar melanjutkan, pusat gravitasi ekonomi dari barat perlahan bergeser ke Asia, termasuk Indonesia yang di prediksi menjadi kekuatan ke empat dunia tahun 2045. Dan saat ini mau tidak mau Indonesia harus mulai menyatu dan membantu kutub progresif untuk kemitraan strategis baik militer, ekonomi maupun politik,” paparnya.
Ikhyar menjabarkan lebih lanjut bahwa tentu saja blok atau kutub (AS, UE, NATO) yang selama ini mendominasi ekonomi dan hegemoni politik dunia tidak ingin kehilangan pengaruhnya dan mulai panik dan melakukan tekanan, dikte, ancaman hingga sanksi ke negara berkembang, termasuk Indonesia,” tutur Ikhyar.
Ikhyar menilai saat ini pemerintahan Jokowi sedang bertempur dengan negara dan lembaga yang mencoba mendikte Indonesia agar manut ke mereka.
“Inilah yang dirasakan Indonesia di bawah pemerintahan Jokowi, mulai dari program pelarangan ekspor mineral mentah, protes mereka terhadap pengembangan hilirisasi pertambangan di dalam negeri serta ancaman terhadap kebijakan larangan eksport sawit mentah yang menguntungkan Indonesia hingga ratusan trilyun oleh negara yang tergabung dalam UE, AS dan di dukung oleh WTO dan IMF,” katanya.
Bahkan, lanjutnya, di bidang alutsista dan pertahanan, Amerika melarang Indonesia membeli pesawat tempur Su-35 dari Rusia yang lebih canggih dari punya Amerika F-15 Eagle II di sertai ancaman ekonomi hingga boikot suku cadang alustita yang berasal dari AS.
“Coba bayangkan kurang ajarnya mereka, apa urusannya dengan apa yang kita beli, wong duit duit kita, tapi mereka yang mau mengatur,” kata Ikhyar dengan kesal.
Mengacu pada kondisi objektif di atas, imbuh Ikhyar, dibutuhkan tokoh yang berani menentang dominasi kekuatan politik kapitalisme blok Barat tersebut. Tetapi keberanian dari seseorang pemimpin saja tidak cukup, butuh dukungan kekuatan politik kaum nasionalis dan rakyat untuk mendukung semua program yang berbasis kerakyatan yang sudah dirintis oleh Presiden Jokowi, dan harus dilanjutkan oleh pemimpin selanjutnya.
“Kami menilai Prabowo masuk kreteria pemimpin yang memenuhi syarat untuk di dukung kaum nasionalis, soal cawapresnya kita serahkan ke beliau. Dan kami, merekomendasikan Budiman Sujatmiko sebagai perwakilan aktivis 98, atau Erik Thohir yang juga refresentatif tokoh muda yang punya jejak rekam yang mumpuni dalam mendampingi dan mengawal program Jokowi saat ini,” usul Ikhyar. (red/bs)