Oleh : Salahuddin Harahap MA
Beberapa waktu lalu, sebagian kita sempat terperanjat mendengar hasil survei yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Setara Institut tentang data yang kuat bahwa beberapa Perguruan Tinggi telah terpapar radikalisme dan ekstremisme. Seolah para pemapar ideologi trans-nasional ini telah secara sadar dan berhasil memasuki salah satu benteng pertahanan ideologi dan sangat kebangsaan kita yakni kampus.
Disebut begitu, karena memang lewat Tridharma Perguruan Tinggi (pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat) kita telah dideklarasikan bahwa pusat dari transformasi masyarakat kita sebagain besarnya berada di kampus. Adapun masyarakat kampus (civitas akademika) sendiri adalah para agen transformasi (agent of change— agent of transformation). Dengan begitu, hasil survei seperti yang disebut di atas menunjukkan bahwa kita, kebangsaan kita, ideologi kita telah diserang pada wajah dan jantungnya, sehingga tentulah menjadi sangat menghawatirkan.
Meski demikian, tetap saja masih ada yang menggembirakan pada hasil survei tersebut. Di mana dari data yang dipaparkan, belum terdapat satu PTKIN pun yang diduga telah turut terpapar pemikiran-pemikiran trans-nasional dimaksud. Menyadari hal tersebut, maka TGS Saidurrahman Harahap Rektor UIN Sumut Medan justru terilhami untuk menjadikan PTKIN terkhusus UIN Sumatera Utara sebagai “anti-tesa” atas hasil survei lewat upaya-upaya strategis menampilkan Islam Kebangsaan atau Moderasi Beragama pada sejumlah kerja-kerja Tridharma PT di UINSU semasa dalam kepemimpinannya.
UINSU dan Moderasi Beragama
Hampir mendekati teori “Mengutamakan yang Terabaikan”, TGS Saidurrahman Harahap selalu menekankan bahwa kita PTKIN khususnya UINSU harus tampil pada garda depan dalam pengkajian, pengembangan, penyebaran dan penguatan kesadaran dan pemahaman moderasi beragama untuk melawan agenda-agenda para pemapar ideologi-trans nasional yang ingin menjadikan PTKIN sebagai garda depan dalam memaparkan pemikiran-pemikiran serta paham-pahamnya yang dapat mengancam keislaman dan kebangsaan kita.
UINSU bagi TGS Saidurrahman Harahap harus mampu mengintegrasikan semangat moderasi beragama dan Islam Kebangsaan pada berbagai aktifitas akademik dalam bingkai Tridharma PT. Untuk upaya itu, pada sekitar 3 tahun belakangan, tema-tema dan topik penelitian telah didorong untuk tujuan eksplorasi, internalisasi dan sosialisasi pemahaman dan kesadaran Moderasi Beragama baik di kampus maupun pada masyarakat sekitar.
Kegiatan akademik lainnya, seperti Seminar Internasional, Seminar Nasional dan Lokal telah didorong untuk menjadikan Moderasi Beragama sebagai tema, landasan berfikir dan arah pencapaiannya. TGS Saidurrahman telah berhasil menghadirkan sejumlah tokoh penting Nasional seperti Prof Mahfud MD (Menkopolhukam RI), Dr. Ahmad Basarah (Wakil Ketua MPR-RI), Letjen (Purn) Agus Widjoyo (Gubernur Lemhanas RI), untuk berbicara langsung dengan Civitas Akademika UINSU tentang pentingnya memperkokoh Islam Kebangsaan, tentang pentingnya memperkuat kesadaran Moderasi beragama, serta tentang penting dan strategisnya posisi UINSU dalam kerja-kerja besar kebangsaan tersebut.
Jurus lain yang sangat penting dari kerja-kerja strategis TGS Saidurrahman adalah keberhasilannya menjadi inspirator dan sekaligus juru bicara untuk mewakili sejumlah PTKIN dalam menggagas penyematan Mujaddid Islam kepada Bung Karno. Gagasan brilian dan strategis ini telah disambut baik oleh berbagai kalangan termasuk keluarga besar almarhum Bung Karno, meskipun pelaksanaannya harus mengalami reschedule berkali-kali disebabkan musibah covid-19 yang melanda dunia saat ini.
Gagasan besar ini, menjadi penting karenaΒ sebagai deklarator kemerdekaan dan sebagai perumus Pancasila, patut diyakini bahwa Bung Karno dalam kapasitas keislamannya sebagai yang sejajar dengan para Mujaddid Islam lainnya di dunia pastilah telah menginternalisasi atau meleburkan inti, substansi atau api Islam dalam setiap gagasan, kebijakan termasuk ketika merumuskan Pancasila sebagai dasar atau ideologi negara Republik Indonesia. Dengan begitu, menjadi sangat penting untuk mengokohkan posisi Bung Karno dalam upaya penguatan dan pengembangan Moderasi Beragama serta Islam Kebangsaan terutama dalam menghalau gerakan-gerakan yang dilancarkan para pemapar ideologi trans-nasional lewat pemikiran-pemikiran tokoh.
Untuk menegaskan semangat akademiknya yang dalam bingkai Islam Kebangsaan TGS Saidurrahman telah menulis 2 buku penting yakni “Pendidikan Kewarganegaraan: NKRI Harga Mati” dan “Nalar Kerukunan: Merawat Keragaman Bangsa Mengawal NKRI”. Buku yang secara langsung diberikan pengantar oleh Bapak Menteri Agama RI Jend (Purn) H. Fachrul Razi ini, dipandang sebagai dedikasi strategis dari TGS Saidurrahman untuk berkontribusi secara langsung dalam mengawal Moderasi Beragama, Islam Kebangsaan dan Ideologi Pancasila yang belakangan sedang diterpa berbagai isu dan tantangan.
TGS Saidurrahman Harahap tidak berhenti sampai di situ, bersama TGB Syeikh Ahmad Sabban Rajagukguk, TGS telah mendorong pembentukan Gerakan Dakwah Kerukunan dan Kebangsaan (GDKK). Sebuah wadah yang disiapkan untuk tempat berkonsolidasi, berdiskusi, mengkaji, meneliti bagi para Da’i yang memiliki concern dalam kerja-kerja dakwah Moderasi Beragama dan Islam Kebangsaan.
Sejumlah kegiatan ilmiah, sosialisasi kepada berbagai pihak dan instansi, hadir dalam forum-forum Islam Kebangsaan di tingkat Nasional dan Lokal telah dilakukan lewat GDKK ini yang sekaligus menjadi bukti tingginya perhatian TGS Saidurrahman dalam mengawal dakwah Moderasi beragama dan Islam Kebangsaan ini hingga ke masyarakat akar rumput sebagai bagian dari upaya strategis mengawal ideologi Pancasila dan NKRI secara menyeluruh dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Kerja lain yang tidak kala penting, adalah keikutsertaan UINSU dalam Program Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan dan Kebhinekaan yang beberapa kali diselenggarakan bersama PTKIN. Semangat KKN berbasis Kebangsaan tersebut kemudian diperkaya oleh TGS Saidurrahman Harahap lewat kerjasama dengan beberapa Kepala Daerah di Sumatera Utara seperti Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Pakpak Barat dan lainnya dalam rangka penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian Kepada Masyarakat berbasis semangat Keislaman, Kebangsaan dan Kebhinekaan.
Tentu saja masih terdapat kerja-kerja inspirstif dan strategis lainnya dari TGS Saidurrahman Harahap yang diorientasikan untuk menjadikan UINSU selalu berada pada garda depan dalam mengawal dakwah Moderasi Beragama dan Islam Kebangsaan seterusnya dalam mengawal Ideologi Pancasila dan NKRI Harga Mati terkhusus di Sumatera Utara. Bahkan pada beberapa hari lalu TGS Saidurrahman telah membubuhkan tandatangan MoU Kerjasama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam rangka pembinaan dan penguatan ideologi Pancasila bagi masyarakat kampus dan masyarakat secara luas di Sumatera Utara.
Di akhir tulisan ini, saya ingin mengutip kelakar TGS Saidurrahman Harahap yang mengaskan bahwa setidaknya di bawah kepemimpinannya UINSU dapat dimaknai secara akronim bahwa setiap Civitas Akademika di UINSU, maka U = berarti ulama,Β I= Islam, N = berarti Nasional dan SU = berarti Sekaligus. UINSU= Ulama yang Islam Nasional Sekaligus. Sebuah kelakar yang menunjukkan betapa komitmen TGS Saidurrahman Harahap untuk memajukan UINSU sebagai wadah pengembangan bagi akademik, keagamaan, kebangsaan sekaligus tidak terbantahkan dan patut diacungi jempol.
Penutup
Tentu setiap hasil ada kurangnya, seperti setiap kerja juga pasti ada hasilnya. Antara apresiasi dan kritik akan selalu berjalan bersama untuk menunjukkan bahwa dunia adalah sebatasΒ “ladang —- mazra’ah” tempat berdedikasi tempat bekerja yang tentu saja harus dinamis dan evolutif menuju semakin baik. Karena itu tidak berlebihan jika banyak pihak berharap TGS Saidurrahman Harahap tetap melanjutkan memegang nakhoda UINSU ini untuk 4 tahun ke depan. Teruslah berkarya dan bekerja TGS Saidurrahman Harahap demi UINSU, demi Islam dan demi bangsa kita NKRI. **
** Penulis adalah Ketua Lembaga Survei dan Sosialisasi (LSS) UIN Sumatera Utara Medan **