Khatib Sholat Id di Mapolda Sumut, Prof Dr Ansari Yamamah Sampaikan Hikmah Ramadan dan Makna Idul Fitri

Prof Ansari
Prof Dr H Ansari Yamamah MA.
Prof Ansari
Prof Dr H Ansari Yamamah MA.

Asaberita.com, Medan — Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Mapolda Sumut), dijadwalkan melaksanakan salat Idul Fitri 1 Syawal 1444 H pada hari Sabtu, 22 April 2023, dan berlangsung di lapangan upacara Mapolda Sumut, Jalan Medan – Tanjung Morawa KM 10,5.

Bertindak sebagai Khatib pada salat Id ini Prof Dr H Ansari Yamamah MA, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), yang akan menyampaikan tentang hikmah Ramadan dan makna Idul Fitri dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Bacaan Lainnya

Disampaikan Prof Ansari, bahwa makna terpenting dari Ramadan itu, tersambungnya silaturahmi antar kaum muslimin dan terhubungnya relasi sosial ditengah masyarakat yang majemuk, sehingga pesan dan hikmah Ramadan dapat dirasakan seluruh elemen anak bangsa.

“Energi positif dari Ramadan itu, ada nilai humanistik yang bukan saja bagi kaum muslimin, namun aura positif ini dirasakan umat lainnya, sehingga rasa hormat menghormati dan saling menghargai dalam bingkai kemajemukan bangsa, tercermin dalam spirit Ramadan ini, sehingga keutuhan kebangsaan dalam semangat persatuan dan persaudaraan terjalin erat”, ujar Prof Ansari kepada media, Jum’at (21/4) di Medan.

BACA JUGA :  Persiapan PON XXI Tepat Waktu, Guru Besar UIN Sumut: Kinerja Gubernur Patut Diapresiasi

Lebih jauh di sampaikan Founder Islam Transitif ini, bahwa secara praktis bulan Ramadan ini akan melahirkan kualitas ketaqwaan seseorang pada tingkat yang tinggi, dan ini akan terlihat dalam realitas aktifitasnya sehari hari setelah bulan Ramadan.

“Pertama mereka menjadi suka untuk berbagi, berinfaq dan bersedekah, peduli kepada kaum miskin dan kaum yang terpinggirkan serta selalu memberi akan menjadi karakter mereka, dan mereka merasa ada sesuatu yang kurang dalam batinnya jika tidak memberikan atau berbagi sesuatu dengan orang lain di setiap hari yang dilaluinya”, sambung Guru Besar Ushul Fiqh ini.

Selanjutnya disampaikan makna kedua, dengan adanya aktivitas berbagi dan peduli inilah sebuah masyarakat akan terbangun dalam tatanan yang indah, produktif dan penuh kehangatan.

“Mereka yang bertaqwa itu juga memiliki kemampuan untuk mengelola emosi, perasaan dan pikirannya, sehingga mereka menjadi manusia yang santun, terbuka dan tidak menyakiti orang lain, dan juga tentu saja orang-orang Muttaqien itu tidak memprovokasi dan tidak terprovokasi dengan isu isu negatif atau hoaks yang muncul di tengah masyarakat”, sambung tokoh Melayu bergelar Datuk Pandya Wangsa ini.

BACA JUGA :  Tower Pertama RSU Haji Medan dengan 174 Tempat Tidur Sudah Bisa Digunakan

Adapun yang ketiga, menurut Prof Ansari, bahwa hikmah Ramadan itu mengantarkan seseorang pada level kecerdasan untuk menjalin dan menjaga eleganitas relasi sosial dengan penuh persaudaraan, kasih sayang, penghargaan dan apresiasi terhadap kebhinekaan yang hari ini terlihat kadang menjadi persoalan sensitif di tengah tengah masyarakat.

“Orang Muttaqien itu sejatinya menjadi penganyam dan sekaligus pelopor kehidupan untuk menjalin sebuah peradaban Indonesia yang sejahtera, aman dan kondusif dan selalu menghargai antara satu dan lainnya, inilah pesan terpenting dari spirit bulan Ramadhan tersebut”, ujar peneliti UIN Sumatera Utara ini. (red)

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *