
Asaberita.com, Medan — Untuk menciptakan rasa aman dan nyaman masyarakat dalam beraktifitas di malam hari, terutama dari ancaman begal yang belakangan ini kian merajalela, Pemerintah Kota (Pemko) Medan didorong dapat memperbanyak penerangan lampu jalan, sehingga ruang gerak begal dapat dipersempit.
Dorongan itu disampaikan Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sumut, Abyadi Siregar, melihat minimnya penerangan jalan di beberapa titik di Kota Medan sekarang ini, sehingga menjadi salah satu faktor terjadinya kejahatan jalanan atau yang biasa disebut dengan begal.
“Kejahatan itukan terjadi karena beberapa faktor, salah satu di antaranya selain niat adalah kesempatan atau situasinya mendukung, kita kira begitu bahasa Medan-nya.Termasuklah ini, kejahatan begal, dia kan terjadi di tempat-tempat tertentu, terjadinya di posisi-posisi yang gelap, itu kesempatannya,” kata Abyadi saat dihubungi wartawan, Jumat (14/7).
Karena itu, Abyadi mendorong Pemerintah Kota Medan melakukan upaya untuk mempersempit ruang gerak para pelaku begal. Dengan membuat penerangan jalan pada titik-titik yang dianggap rawan dan harus segera memasang lampu jalan.
“Jangan dibiarkan itu mati, paling tidak ini bagian dari salah satu upaya kita untuk mempersempit ruang gerak para pelaku begal itu untuk melakukan kejahatannya. Selain kita berharap dari upaya kepolisian untuk menangkap, tapi mungkin dari Pemko Medan harus juga melakukan upaya mempersempit ruang gerak begal,” ungkapnya.
Abyadi juga merespon soal adanya pro dan kontra mengenai penindakan terhadap para pelaku begal. Di mana, Wali Kota Medan Bobby Nasution meminta agar pelaku begal ditembak mati di tempat. Namun, Abyadi menyarankan agar penindakan itu dilakukan sesuai prosedur hukum.
“Saya kira pak wali kota sudah geram, memang begini, bagi masyarakat yang melihat, video-video korban yang sudah beredar luas, itu memang, saya juga tidak sanggup melihat korban-korban itu,” ungkapnya.
“Misalnya terbelah punggungnya, pahanya, yang tangannya dipotong semua itu, kita geram, sehingga mungkin pak wali bicara seperti itu ya, itu saya kira bentuk ekspresi, karena geram melihat pelaku kejahatan itu. Jadi saya kira banyak masyarakat gak setuju dengan tidakan pelaku begal ini yang kejam, tapi kalau menurut saya, sebaiknya ada proses dilakukan ya, dilakukan dengan baik,” sambungnya.
Lebih lanjut, Abyadi juga mendorong Polrestabes Medan, Polda Sumut agar melakukan pengawasan dengan ketat. Menurutnya, kondisi keamanan Kota Medan sekarang ini sangat tidak baik-baik saja.
Dia juga merasa heran, kenapa kondisi seperti bisa terjadi, di mana setiap hari pemberitaan dan media sosial dipenuhi dengan informasi kejahatan begal. Sehingga hal tersebut, kata Abyadi, dapat membuat stigma negatif terhadap Kota Medan.
“Medan ini kok rawan betul sekarang, kok sepertinya polisi tidak ada, kan begitu jadinya, kenapa kacau sekali. Kenapa begal itu berani, ramai-ramai bawak klewang, itu prilaku masyarakat kok sampai begitu,” sebutnya.
“Sebenarnya itu aneh, saya kira ini yang perlu diseriusi untuk mengatasinya, jadi sekarang Kota Medan ini, yang viral hanya dengan kejadian begal, muncul lagi persepsi negatif. Kita sudah berusaha memperbaikinya dengan asumsi yang positif. Dulu kalau dibilang ini medan bung, itukan negatif maknanya,” pungkas Abyadi. (red/wol/bs)