PLTU Batubara Pangkalan Susu Sumbang Limbah B3

Kombur Energi Internal DEM Sumut dengan tema “Potensi Energi Sumut, Apakah Batu Bara Pilihan Strategisnya?”.
Dialog Kombur Energi Internal DEM Sumut dengan tema “Potensi Energi Sumut, Apakah Batu Bara Pilihan Strategisnya?”. (foto/msj)

Asaberita.com – Langkat – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara yang berlokasi di Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat menjadi sumber penyakit yang merugikan masyarakat setempat, karena menghasilkan limbah B3.

“Pengoperasian PLTU Batubara ini, menjadi sumber penyakit khususnya penyakit pernafasan,” kata Presiden Dewan Energi Mahasiswa Sumatera Utara Raden Haitami Abduh dalam siaran persnya yang disampaikan kepada Asaberita.com, Selasa (30/03/2021).

Bacaan Lainnya

Dia mengatakan, pengoperasian PLTU Batubara itu sangat berdampak buruk bagi lingkungan sekitar. Bahkan sangat berpotensi sebagai penyumbang limba B3. Ia mencontohkan masyarakat mudah terjangkit penyakit pernafasan. Karena setiap hari menghirup udara kotor dari pembakaran batubara.

“Kita mengkhawatirkan ke depan banyak masyarakat yang mengidap penyakit batuk, bronkitis, TB, ISPA,” katanya.

Dia mengatakan, keberadaan PLTU Batubara Pangkalan Susu di Tanjung Pasir, Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat memiliki kapasitas daya 2 x 200 megawatt dibangun di atas area seluas 105 Ha.

BACA JUGA :  KH Muhammad Nuh Sepakat dengan UAS : "Pilih Pemimpin yang Baik"

Disebutkan, oprrasi PLTU itu menyebabkan banyak penggundulan hutan bakau meluas, erosi tanah, kehilangan sumber air, polusi udara dan menghasilkan jutaan ton limbah. Air dalam jumlah yang besar dalam pengoperasian PLTU Batubara mengakibatkan kelangkaan air di banyak tempat.

“Bahkan, pembakaran batubara di PLTU adalah sumber utama gas rumah kaca serta penyebab perubahan iklim seperti karbondioksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, serta metana yang memperburuk kondisi iklim kita,” katanya.

Dia mendesak pengelola PLTU harus memperhatikan lingkungan sekitar usaha mereka, agar petani dan nelayan dapat bekerja dan tak terganggu operasi pembangkit. Abu batubara diduga menyebabkan petani gagal panen. Hama merusak tanaman petani. Belum lagi debu-debu batubara yang beterbangan ke pemukiman maupun tanaman warga. Mereka melihat abu menyelimuti Desa Pulau 9 berjarak 700 meter juga Desa Beras Basah, Payah Kampak, Sungai Siur, dan Pintu Air. Selain itu, asap pembakaran dari cerobong pembangkit, menyebar ke pelosok Langkat.

Beberapa waktu lalu, kata Raden, DEM Sumatera Utara hadir hadir untuk memediasi edukasi EBT dan peluangnya. Kegiatan di lokasi, bertajuk Kombur Energi Internal DEM Sumut dengan tema “Potensi Energi Sumut, Apakah Batu Bara Pilihan Strategisnya?”. Kegiatan ini telah terselenggara pada hari Minggu (28/3) lalu, dihadiri anggota DEM Sumut, sebagai wadah silaturahmi dan berbagi pengetahuan terkait energi.

BACA JUGA :  Kajati Sumut Terima Kunjungan Ombudsman RI Perwakilan Sumut

Dalam kegiatan itu, Mutiara Firanty selaku anggota DEM Sumut menyampaikan potensi energi disumut sangatlah banyak, lalu batu bara bukanlah menjadi solusi yang tepat.

“Karena Sumut memiliki banyak potensi energi lain. Perlu disadari bahwa kita berada di garis sinar matahari yang maksimal dari seluruh dunia. Harapannya dapat dimanfaatkan. Kami mendeklarasikan untuk menghentikan pembangunan fasilitas unit PLTU di Pangkalan Susu yang baru, dan mengganti sumber energi batubara menjadi sumber energi terbarukan,” katanya. ** msj

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *