Tuan Guru Batak Ucapkan Salam Pancasila dalam Deklarasi Rajagukguk Sedunia

TGB Syekh Dr Ahmad Sabban elRahmaniy Rajagukguk MA, di ulosi pada Pesta Bonataon dan Deklarasi Rajagukguk Sedunia

Asaberita.com-Medan – Ada yang menarik dan membuat suasana forum heboh pada Pesta Bonataon dan Deklarasi Rajagukguk Sedunia yang diselenggarakan di Wisma Gorga Kota Medan, Minggu (23/02/2020), yakni ketika Tuan Guru Batak (TGB) turut hadir dan menyampaikan sambutan dengan mengucapkan “Salam Pancasila”.

“Assalamu’alaikum. Horas. Horas. Horas. Salam Pancasila.” Begitu teriak Tuan Guru Batak (TGB) yang memiliki nama lengkap TGB Syekh Dr Ahmad Sabban elRahmaniy Rajagukguk MA. Mendengar ucapan salam Pancasila itu, sontak membuat ribuan hadirin turut bertepuk tangan dengan suka cita dan riuh serta membalas dengan “merdeka.”

Bacaan Lainnya

Kepada wartawan, TGB yang dikenal sebagai Tokoh Agama Nasional, menegaskan bahwa kehadirannya pada pesta bonataon dan deklarasi Rajagukguk se-dunia, karena acara ini menurut TGB sangat luar biasa.

“Kami ingin menegaskan tentang persatuan sekaligus persaudaraan menembus batas. Kami berbeda tapi kami satu yakni satu darah ‘mudar’ keturunan ‘pomparan’ Rajagukguk. Di pesta besar ini saya sampaikan bahwa bahwa kami telah menjadi Rajagukguk sebelum hadir agama-agama. Jadi ini tali primordialisme yang merupakan karunia Tuhan yang maha besar. ‘Nani rahut niholong sian Tuhan-i’.” Ungkap TGB.

Kami juga merasakan kehangatan kekeluargaan. Sebagaimana yang lainnya, mereka bangga dengan penyebutan “Tuan Guru Batak – TGB” sebentuk istilah yang melengkapi bahwa orang batak terkhusus Rajagukguk ada disemua bidang termasuk dilevel Ulama dan tokoh agama. Tuan Guru Batak (TGB) berarti Ulama atau Syekh dari suku batak yang istilah ini disematkan sejak dari ayahnya Syekh Abdurrahman Rajagukguk.

BACA JUGA :  Investor Emirat Arab Siap Bangun RS Bernilai Rp4,4 Trilyun di Sumut

Lebih lanjut TGB dalam sambutaannya menegaskan. “Saya juga menegaskan bahwa deklarasi Rajagukguk harus memperkuat partipasi terhadap pembangunan bangsa. Terkhusus sebagai peyangga kerukunan dan kemajemukan. Rajagukguk bukan kaleng-kaleng melainkan sebuah marga yang paling terdepan merawat kemajemukan dan pilar-pilar bangsa.”

Menyinggung soal “Salam Pancasila” yang diucapkan TGB, beliau menjelaskan bahwa Salam Pancasila bukan sebagai pengganti salam dalam tradisi agama. Kita telah secara keliru memosisiskan “Salam Pancasila” vis a vis “Assalamu’alaikum”— “Namo Budaya”— “Salam Sejahtera”—“Salam Kebajikan” serta “Om Swastiastu”, seperti halnya terdapat kekeliruan nalar ketika ada yang mempertentangkan antara “Pancasila” dengan “Islam, Hindu, Buddha, Kristen, Katholik, Kong Hu Cu dan Aliran Kepercayaan”.

Salam Pancasila untuk forum umum dan lintas iman menjadi pengikat tali primordialisme kebangsaan dan keindonesiaan kita. Tentu bukan pada posisi menggantikan tapi melengkapi identitas idiologis pemersatu bangsa.

Hal ini, menurut TGB, sejalan dengan pandangan Dr Salahuddin Harahap selaku ketua GDDKK Indonesia dalam memahami salam pancasila. Menurut TGB, para tokoh ini telah holistik memahami salam pancasila.

Salam Pancasila sejatinya harus menunjuk kepada substansi “Ucapan Salam”— berada melampaui (beyond) ucapan salam yang disyariatkan pada masing-masing agama. Salam Pancasila ini mesti didudukkan secara paralel dengan dimensi esoterisme agama-agama– sehingga ketika ia digunakan atau diucapkan, tidak dianggap telah mereduksi substansi ajaran salah satu agama.

BACA JUGA :  Balai Gakkum LHK, STFJ dan YOSL-OIC Kolaborasi Minimalisir Kejahatan TSL

Tentu saja, salam ini dibutuhkan dalam konteks penguatan semangat kebangsaan lintas agama dan kepercayaan. Karena itu, implementasinya dikhususkan pada event-event atau lokasi-lokasi yang dihadiri masyarakat lintas agama dan kepercayaan.

TGB juga menyebutkan. Beberapa waktu lalu Rektor UIN Sumatera Utara TGS Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M. Ag — sempat menyarankan agar salam keagamaan memungkinkan dilengkapi saja dengan “Salam Kerukunan” —pada forum-forum lintas agama dalam rangka penguatan kebersamaan dan soliditas di tengah-tengah keberagaman. Gagasan ini secara substantif, telah sejalan dengan apa yang disampaikan oleh sejumlah tokoh lewat pengucapan “Salam Pancasila”.

TGB mengajak kita semua seluruh elemen bangsa untuk fokus-fokus pada hal-hal yang bersifat subtansial dalam memajukan bangsa. Kita tidak boleh lelah untuk terus merawat kemajemukan dan kebhinnekaan bangsa sebagai bentuk kecintaan kita terhadap Republik Indonesia ini. (asa/has)

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *