MEDAN — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada September 2024. Deflasi ini menandai kali kelima berturut-turut sejak Mei 2024.
Menanggapi situasi ini, Ketua DPD Relawan Persatuan Nasional (RPN) Sumatera Utara, Herianto SE, menyatakan bahwa kondisi Indonesia saat ini tidak berada dalam keadaan yang baik-baik saja. Ia menjelaskan bahwa deflasi yang terjadi beruntun dapat meningkatkan angka pengangguran akibat melemahnya Purchasing Manager’s Index (PMI), di mana PMI Manufaktur Indonesia tercatat sebesar 49,2 pada September 2024, turun dari bulan sebelumnya.
“PMI Manufaktur Indonesia mengalami kontraksi di 49,2 pada September 2024, menandakan bahwa kontraksi telah terjadi selama tiga bulan berturut-turut, yaitu pada Juli (49,3), Agustus (48,9), dan September (49,2). Ini menunjukkan stagnasi aktivitas ekonomi karena banyak perusahaan memilih bertahan akibat lemahnya permintaan dari luar,” ujar Herianto di Medan, Jumat (4/10/2024).
Lebih lanjut, Herianto meminta pemerintah segera mengambil langkah strategis untuk melindungi rakyat kecil yang paling terdampak akibat menurunnya daya beli dan melemahnya aktivitas ekonomi. Ia menekankan pentingnya memberikan dukungan permodalan yang cepat dan terjangkau bagi usaha kecil dan menengah (UMKM) sebagai solusi untuk memicu pertumbuhan di tengah kelesuan industri manufaktur.
“Pemerintah harus segera mengambil langkah-langkah strategis untuk menyelamatkan ekonomi rakyat kecil yang terdampak akibat kontraksi ekonomi, dengan memberikan bantuan modal yang cepat dan mudah diakses bagi UMKM. Ini penting agar ekonomi di bawah tetap bergerak dan menjadi penopang di tengah melemahnya sektor manufaktur,” lanjut Herianto.
Herianto juga optimistis bahwa situasi saat ini berbeda dengan krisis ekonomi tahun 1998, yang dipicu oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Menurutnya, saat ini Indonesia menghadapi tantangan dari ketidakpastian ekonomi global yang berdampak pada penurunan ekspor.
“Kondisi sekarang berbeda dengan tahun 1998/1999, yang diakibatkan oleh melemahnya rupiah. Hari ini, tantangan lebih banyak datang dari ketidakpastian ekonomi global yang belum stabil, sehingga ekspor mengalami penurunan tajam,” tambahnya.
Ia berharap pemerintah segera menangani masalah ini dengan serius agar tidak memperburuk kondisi ekonomi nasional dan menyebabkan krisis multidimensi, yang pada akhirnya akan paling dirasakan oleh rakyat kecil.
“Ini harus segera diatasi secara serius dan cepat, agar tidak merambat ke sektor-sektor lain yang bisa memperburuk keadaan dan akhirnya rakyat yang menjadi korban,” pungkas Herianto.
(ABN/Rizky Z)
- Kementerian ATR/BPN Bantah Isu 2026 Tanah Tak Bersertipikat Diambil Negara, Dirjen PHPT: Itu Tidak Benar – Juli 1, 2025
- Sekdako Binjai Pimpin Apel Gabungan Sambut Harganas 2025, Perkuat Kolaborasi Bangun Keluarga Tangguh – Juni 30, 2025
- Kepala BNNK Hadiri Ujian Kenaikan Tingkat Taekwondo Kota Binjai – Juni 30, 2025