Opini

Erick Thohir Memimpin Kementerian Generasi Milenial dan Generasi Z

×

Erick Thohir Memimpin Kementerian Generasi Milenial dan Generasi Z

Sebarkan artikel ini
Menpora Erick Thohir

Oleh : Leriadi

KEMENTERIAN Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang kini dipimpin Erick Thohir, setelah dilantik Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu lalu, memegang peran strategis karena berhubungan langsung dengan bonus demografi yang saat ini dimiliki Indonesia.

Bung Karno sejak awal telah menegaskan bahwa “pemuda adalah tulang punggung negara”, dan pernyataan itu kian relevan mengingat 60–65 persen penduduk Indonesia saat ini adalah generasi muda, terdiri dari kalangan milenial dan Generasi Z.

Apabila energi dan potensi pemuda tidak dikelola dengan baik, bonus demografi justru dapat berubah menjadi beban demografi. Karena itu, posisi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) tidak boleh dipandang sebagai “kementerian pinggiran”. Kemenpora seharusnya ditempatkan sebagai motor penggerak pembangunan sumber daya manusia muda Indonesia.

Peran Strategis Kemenpora

Pertama, Kemenpora harus menjadi motor pembangunan SDM muda. Kebijakan yang lahir harus fokus pada pendidikan non-formal, kepemimpinan, kewirausahaan, dan digitalisasi. Selain itu, Kemenpora perlu mendorong terciptanya ekosistem yang memperkuat kapasitas generasi muda dalam ekonomi kreatif, teknologi, hingga gerakan sosial.

Kedua, mengintegrasikan pemuda dalam agenda pembangunan nasional. Pemuda tidak boleh hanya menjadi “penonton”, tetapi harus disiapkan sebagai aktor utama transformasi bangsa. Karena itu, sinergi dengan kementerian lain—seperti Kemenaker, Kemendikbudristek, BUMN, hingga Kemenko Perekonomian—menjadi kunci dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan keterampilan.

Ketiga, menguatkan sport industry dan sport diplomacy. Olahraga tidak hanya soal prestasi, melainkan juga peluang ekonomi. Industri olahraga mampu menyerap tenaga kerja dan sekaligus mengangkat citra Indonesia di kancah global. Diplomasi olahraga (sport diplomacy) juga bisa menjadi kanal penting untuk memperkuat posisi Indonesia dalam hubungan internasional.

BACA JUGA :  Kriteria Akhwat Shalihah Perspektif Alquran

Keempat, menjadi garda depan pembinaan karakter pemuda. Fokus utamanya adalah membangun nasionalisme, integritas, dan kepemimpinan, sekaligus mengantisipasi tantangan global seperti disrupsi teknologi, radikalisme, hingga narkoba.

Mengelola Bonus Demografi dengan Pendekatan Inklusif

Bung Karno pernah berkata, “Berikan aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia.” Kalimat ini menggambarkan betapa besarnya peran pemuda dalam perubahan bangsa. Namun, generasi muda Indonesia sangat beragam: pelajar, mahasiswa, akademisi, seniman, musisi, pengusaha, pegawai, profesional, hingga olahragawan. Karena keragaman itu, intervensi pemerintah tidak bisa bersifat seragam.

Kebijakan Kemenpora harus berbasis inklusifitas dan segmentasi, artinya setiap segmen mendapat perhatian khusus. Misalnya, program kewirausahaan bagi pengusaha muda, beasiswa riset kolaboratif untuk akademisi, pengembangan karier bagi olahragawan, serta residensi dan dukungan finansial bagi seniman.

Selain itu, diperlukan sinergi lintas kementerian dan sektor agar program tidak berjalan parsial. Kemenpora perlu menyatukan kekuatan Kemendikbudristek, Kemenaker, Kemenparekraf, Bappenas, BUMN, hingga pemerintah daerah dalam arah kebijakan nasional yang terintegrasi.

Tidak kalah penting, pembangunan kepemudaan harus berjalan pada dua dimensi: karakter dan kompetensi. Karakter mencakup integritas, nasionalisme, dan kepemimpinan; sementara kompetensi mencakup keterampilan digital, kewirausahaan, manajemen olahraga, hingga ekonomi kreatif.

Contoh Program Operasional

  • Pelajar & Mahasiswa: program kepemimpinan, magang terstruktur, dan kurikulum soft-skill (literasi digital, kewirausahaan).
  • Akademisi & Peneliti Muda: dana riset kolaboratif, fellowship internasional, dan inkubasi riset menuju start-up.
  • Seniman & Musisi: residensi seni, hibah kreasi, pasar seni digital, serta program pelestarian budaya dengan nilai ekonomi.
  • Pengusaha Muda & UMKM: akses modal mikro, mentoring, serta dukungan ekspor produk kreatif.
  • Pegawai & Profesional Muda: reskilling dan upskilling, jalur kepemimpinan publik, hingga beasiswa pelatihan profesional.
  • Olahragawan: jalur karier ganda (pendidikan dan olahraga), dukungan pasca karier, serta program kewirausahaan bagi atlet.
BACA JUGA :  Membangun Sumut Dengan Gerakan Gemar Membaca

Untuk mendukung semua itu, Kemenpora memerlukan instrumen kuat berupa dana kompetitif, platform digital nasional untuk pendaftaran dan mentoring, program Youth Ambassadors untuk diplomasi budaya dan olahraga, serta indikator kinerja yang terukur.

Dampak yang Diharapkan

Dengan langkah-langkah tersebut, Kemenpora di bawah kepemimpinan Erick Thohir diharapkan mampu:

  • Mengubah potensi bonus demografi menjadi produktivitas ekonomi dan inovasi sosial.
  • Meningkatkan partisipasi pemuda dalam pengambilan keputusan publik.
  • Membuka jalur karier berkelanjutan bagi olahragawan, seniman, dan akademisi muda.
  • Menguatkan nilai kebangsaan, serta mencegah risiko disintegrasi sosial akibat radikalisme, narkoba, dan marginalisasi.

Kemenpora bukan hanya kementerian yang mengurusi olahraga, tetapi juga arah besar pembangunan kepemudaan sebagai basis kekuatan bangsa ke depan.

(Penulis adalah Wasekjen DPP AMPI / Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik UNAS Jakarta)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *