PADANGLAWAS – Menjadi seorang pemimpin bukanlah tugas yang mudah. Seorang pemimpin atau kepala pemerintahan dituntut untuk mengutamakan kepentingan rakyatnya di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
“Seorang pemimpin harus peka terhadap kondisi masyarakat, tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi oleh rakyat, serta mampu menyelesaikan masalah yang mereka hadapi,” ujar Ketua MUI Padanglawas H. Ismail Nasution saat menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Nurul Ikhlas Ikpos, Lingkungan VI, Kelurahan Pasar Sibuhuan, Jumat (20/9).
Ismail menekankan pentingnya kepedulian seorang pemimpin terhadap kesejahteraan rakyatnya. “Jika misalnya para pegawai belum menerima gaji, maka seorang pemimpin sebagai kepala pemerintahan harus mencari solusinya, bukan membiarkan masalah tersebut berlarut-larut,” tegasnya.
Ia juga mengkritik beberapa pemimpin yang lupa akan tanggung jawabnya setelah terpilih. Menurutnya, ada pemimpin yang malah bersikap acuh tak acuh terhadap rakyat, bahkan meninggalkan masalah yang bisa menjadi bom waktu bagi kehidupan masyarakat.
Lebih lanjut, Ismail menjelaskan bahwa pemimpin ideal harus mampu mengadopsi empat sifat para nabi dan rasul. “Menjadi pemimpin setidaknya harus meneladani empat sifat nabi dan rasul,” kata H. Ismail Nasution.
Ia merujuk pada pandangan Imam al-Mawardi dalam kitab al-Ahkam al-Sulthaniyah, yang menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah pengganti tugas kenabian dalam menjaga agama dan mengelola urusan dunia.
Dalam pandangan Islam, lanjut Ismail, pemilihan umum adalah upaya untuk memilih pemimpin atau wakil yang memenuhi syarat-syarat ideal untuk mewujudkan cita-cita bersama sesuai dengan aspirasi umat dan kepentingan masyarakat.
“Karena itu, memilih pemimpin dalam Islam adalah kewajiban untuk menegakkan imamah dan imarah dalam kehidupan bermasyarakat,” jelasnya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sendiri telah mengeluarkan fatwa bahwa memilih pemimpin yang beriman, bertakwa, jujur (shiddiq), dapat dipercaya (amanah), komunikatif (tabligh), cerdas (fathanah), dan memperjuangkan kepentingan umat Islam, hukumnya adalah wajib.
“Namun, banyak kaum muslimin yang belum memahami pentingnya politik. Mereka masih menganggap politik hanya sebagai rutinitas lima tahunan,” kritik Ismail.
Padahal, tambahnya, memilih pemimpin yang ideal sangat penting dan dapat menentukan nasib bangsa atau daerah selama lima tahun ke depan. “Rakyat belum menyadari bahwa harga nasi yang mereka makan pagi ini ditentukan oleh kebijakan politik,” jelasnya.
Ismail juga mengutip pernyataan Najamuddin Erbakan, mantan Perdana Menteri Turki, yang mengatakan, “Muslim yang tidak peduli dengan politik akan dipimpin oleh politikus yang tidak peduli terhadap Islam.”
Oleh karena itu, Ismail mengajak kaum muslimin untuk memilih pemimpin yang peka terhadap kondisi masyarakat, tanggap terhadap permasalahan yang mereka hadapi, serta mampu menyelesaikan persoalan rakyat. (ABN/gar)
- Garda Indonesia Satu Desak Kejaksaan Agung Ambil Alih Usut Penggunaan Dana PEN Rp78 Miliar di Batubara - Oktober 6, 2024
- Bersama Presiden Jokowi, Menteri AHY Hadiri Upacara Peringatan HUT TNI Ke-79 di Monas - Oktober 6, 2024
- Pjs Bupati Toba Dukung Tim Pesparawi Toba untuk Berlaga di Ajang Nasional 2025 - Oktober 5, 2024