Scroll untuk baca artikel
#
Sumatera Utara

Jelang Ramadhan, Warga NU Batubara Ziarah Akbar ke Makam Ulama dan Masyaikh

×

Jelang Ramadhan, Warga NU Batubara Ziarah Akbar ke Makam Ulama dan Masyaikh

Sebarkan artikel ini
Ziarah
Jelang Ramadhan, warga NU Batubara mengadakan Ziarah Akbar ke makam para Ulama dan Masyaikh.
Ziarah
Jelang Ramadhan, pengurus Aswaja dan NU Batubara mengadakan ziarah ke makam para Ulama dan Masyaikh.

Asaberita.com, Batubara – Ziarah kubur menjelang bulan suci Ramadhan (akhir Sya’ban), masih menjadi tradisi masyarakat muslim Indonesia, khususnya yang berfahamkan Ahli Sunnah Wal Jamaah (Aswaja).

Hal itu juga dilakukan Aswaja Batubara bersama Pengurus Cabang Nadhlatul Ulama beserta Muslimat NU Batubara, dengan mengadakan Ziarah Akbar ke makam para Ulama dan Masyaikh yang ada di Kabupaten Batubara, pada Sabtu (3/4) lalu.

Ketua Aswaja Batubara Jasmi Assayuti beserta Ketua PC NU Batubara H Batiar Magozah, SPd MHum dan Ketua Muslimat NU Batubara Hj dr Salamah Noviasari MKM dan Hj Refiyanti, MS.i mengatakan, bahwa tradisi ini sebagai bentuk kecintaan warga NU yang ada di Batubara terhadap para ulama dan masyaikh, yang sudah banyak berjasa dalam mengajarkan dan mendidik masyarakat Batubara sehingga bisa memahami ilmu-ilmu agama.

“Bagi sebagian orang, ziarah ke makam ulama, masyaikh ataupun para orang tua yang wafat terlebih dahulu seperti menjadi keharusan. Bila ditinggalkan serasa ada yang kurang dalam melangkahkan kaki menyongsong puasa Ramadhan,” ucap Jasmi.

Ketua Cabang Nadlahtul Ulama (PC NU) Batubara, H Batiar Maqozah mengatakan, pada masa awal-awal Islam, Rasulullah SAW memang pernah melarang umat Islam berziarah ke kuburan, mengingat kondisi keimanan umat saat itu yang masih lemah.

Kondisi sosiologis masyarakat Arab masa itu yang pola pikirnya masih didominasi dengan kemusyrikan dan kepercayaan kepada para dewa dan sesembahan, juga menjadi penyebab rasul melarangnya.

BACA JUGA :  Sambut Ramadhan, Japorman Saragih Ucapkan Selamat Berpuasa

Rasulullah mengkhawatirkan terjadinya kesalah pahaman ketika mereka mengunjungi kubur, baik dalam berperilaku maupun dalam berdo’a.

Tetapi seiring berjalannya waktu, kata Batiar, alasan ini semakin tidak kontekstual dan Rasulullah pun memperbolehkan umatnya melakukan ziarah kubur.

Hal itu sebagaimana hadits nabi yang diriwayatkan Sunan Turmudzi No 973 dan dikuatkan hadits dari Buraidah yang berbunyi, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Saya pernah melarang berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziarahlah, karena hal itu dapat mengingatkan kamu kepada akhirat”.

“Oleh karena itu dibenarkan berziarah ke makam orang tua dan juga ke makam orang shalih dan para wali, selama ziarah itu dapat mengingatkan kita kepada akhirat. Begitu pula ziarah ke makam para ulama-ulama yang ada dibumi Batubara ini merupakan sebuah kebaikan yang dianjurkan sebagaimana pendapat Ibnu Hajar al-Haytami dalam kitab ‘al-fatawa al-fiqhiyah al-kubra,” jelasnya.

Inilah pula sebut Batiar, yang menjadi dasar jama’ah Nadliyin dan warga NU yang di ada Batubara melakukan ziarah ke makam para Ulama dan Masyaikh yang sudah banyak berjasa menyebarkan Islam dan ilmu agama dan kebaikan di Kabupaten Batubara.

BACA JUGA :  Pasangan Calon Bupati Palas PMA - AFN Ziarah ke Makam Leluhur Marga Hasibuan

Adapun mengenai hikmah ziarah kubur, disebutkan, Syaikh Nawawi al-Bantani telah menuliskannya dalam Nihayatuz Zain, demikian keterangannya: “Disunnahkan untuk berziarah kubur, barang siapa yang menziarahi makam kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari Jum’at, maka Allah mengampuni dosa-dosanya dan dia dicatat sebagai anak yang taat dan berbakti kepada kedua orang tuanya”.

Dari penjelasan ini, maka tradisi berziarah kubur tetaplah perlu dilestarikan, terutama mengunjungi maqam para Ulama dan Masyaikh serta para orang tua, timpal Jasmi.

“Kami juga mengajak Pemkab Batubara agar lebih memperhatikan kelestarian dan kebersihan maqam-maqam para ulama dan masyaikh yang ada di daerah ini, supaya masyarakat Batubara yang ingin berziarah ke maqam para ulama dan wali-wali Allah merasa nyaman dan tidak terganggu. Sebab apabila dirawat dengan baik, dapat dijadikan sebagai tempat wisata rohani,” ujar Jasmi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *