Opini

Kriteria Akhwat Shalihah Perspektif Alquran

×

Kriteria Akhwat Shalihah Perspektif Alquran

Sebarkan artikel ini
Akhwat

Akhwat
Oleh: Eli Juliati, S.Ag, M.Pd

Ketika ditanya tentang akhwat ideal, bagi saya ini tak jauh berbeda tentang bicara harapan, saya sebut ini harapan akan keshalihan. Karena sungguh keshalihan ini sangat mulia, akhwat shalihah di dunia ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan, dan jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga.

Kemuliaan akhwat shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim). Dialah bidadari bumi, dialah akhwat shalihah yang eksistensi dirinya lebih baik dan berarti dari seluruh isi alam ini.

Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran akhwat shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran.

Shalihah atau tidaknya seorang akhwat tergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi mereka yang selama ini kita panggil โ€˜akhwatโ€™, tapi juga untuk semua kaum hawa dengan berbagai terminologi yang biasa kita gunakan saat ini (wanita, perempuan, cewek, dsb).

Dengan berbagai terminologi yang ada saat ini, apakah akhwat, perempuan, wanita, dsb, bagi saya itu sama saja. Ini pandangan saya tentang akhwat dari pemahaman yang saya miliki saat ini. Mungkin lebih tepat saya ucap, harapan tentang sikap dan perilaku akhwat untuk kemudian terwujud dalam karakternya. Dimulai dari penampilan, berbaju panjang dan berjilbab lebar nampak bukan hal yang berlebihan, atau ekstrimis seperti yang sebagian orang katakan.

Sadarkah kita, bahwa berpakaian seperti itu menandakan keterjagaan akan aurat dan penjagaan diri dan orang disekitarnya dari yang bukan hak nya? Perlu kita sadari, bahwa banyak mata yang sulit diajak kompromi, sulit bagi sebagian kita mengontrol mata ini mulai dari keluar pintu rumah sampai kembali masuk rumah lagi.

Dengan menjaga penampilan seperti itu, menjadikan kita hidup dengan pemandangan yang membuat kita tenang, dan menjadikan orang yang mengenakan nya menjadi sosok yang anggun mempesona, sejuk di mata. Berbaju panjang dan berjilbab lebar, bagi akhwat itulah yang membuat dirinya dan keluarganya dihargai dan dihormati.

Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah yang Maha Indah di akhirat nanti, tetapi bagi Allah sendiri akan datang untuk berjumpa dengan wanita yang istiqamah menutup auratnya. Kita harus sadar betul bahwa kemuliaan akhwat bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).

BACA JUGA :  Mempersiapkan Keturunan yang Shaleh

Namun bukan berarti menjadi akhwat tak murah senyum, atau bahkan tak pandai bergaul. Bagi akhwat, senyumpun adalah shadaqah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain. Menjadi akhwat justru harus pintar dalam bergaul. Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui.

Untuk menjadi akhwat shalihah, maka belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.

Contoh pula Siti Khadijah, figur istri shalihah penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau Khadijah sendiri sudah meninggal.

Belajar dari Khadijah, Aisyah maupun Fatimah, bahwa akhwat itu makhluk yang luar biasa, penerus kehidupan. Dari kelembutan hatinya, ia sanggup menguak gelapnya dunia, menyinari dengan cinta. Dari kesholehan akhlaknya, ia sanggup menjaga dunia dari generasi-generasi hina dengan mengajarkannya ilmu dan agama. Dari kesabaran pekertinya, ia sanggup mewarnai kehidupan dunia, hingga perjuangan itu terus ada. Bisa jadi akhwat shalihah muncul dari sebab keturunan.

Seorang pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit membayangkan, seorang akhwat shalihah tiba-tiba muncul tanpa didahului sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peranan yang sangat penting.

Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi. Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, “Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya.”

Peran akhwat shalihah sangat besar dalam keluarga, bahkan negara. Kita pun sering mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika akhwat shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang akan diraih.

BACA JUGA :  Siap Menang, Siap Kalah: Mendorong Percepatan Pembangunan Deli Serdang Sehat

Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa.

Kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum hawa harus terus berusaha menjadi akhwat shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga, maka pesona akhwat shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita.

Menjadi akhwat adalah pilihan. Bukan engkau yang memilihnya, tapi Allah yang memilihkannya untukmu. Allah penggenggam segala ilmu, sebelum Ia ciptakan dirimu, Ia pasti punya pertimbangan khusus, hingga akhirnya saat kau lahir kedunia, Ia menjadikanmu seorang akhwat.

Tidak main-main Allah mengamanahkan ini padamu. Karena seharusnya dirimu tahu, bahwa akhwat adalah makhluk yang luar biasa, yang dari rahimnya bisa terlahir manusia semulia Rasulullah atau manusia sehina Fir’aun. Selalu ada ganjaran atas setiap kesungguhan yang kita lakukan dalam kebaikan, begitupun menjadi akhwat shalihah, syurga menjadi ganjaran yang pantas untuk diberikan.

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda : “Seorang wanita yang mengerjakan solat 5 waktu, berpuasa wajib sebulan, memelihara kemaluannya serta taat kepada suaminya maka pasti dia akan masuk syurga dari pintu mana saja yang dikehendakinya. “(HR Abu Nuaim).

Tak kan ada kemuliaan tanpa penjagaan, tanpa ikhtiar, tanpa pembekalan, tanpa pemahaman. Realita itu ada tanpa diminta, sedangkan Idealisme ada karena diperjuangkan.

(Penulis adalah Ka. Rumah Tangga Ponpes Modern Darul Hikmah TPI, Bendahara Umum Badan Silaturahmi Pondok Pesantren Se-Sumatera Utara, dan Calon Anggota Legislatif DPRD Kota Medan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *