
Oleh : Dr Anang Anas Azhar, MA
LANGKAH Bobby Nasution menuju Pilgub Sumut 27 Nopember 2024, seperti menerima “durian” runtuh. Satu per satu dukungan partai politik pemenang Pemilu 2024 memberi tugas kepada Bobby Nasution. Sudah empat partai politik resmi mencalonkan Bobby Nasution berkompetisi pada Pilgub Sumut 2024. Empat partai politik itu, PAN, Partai Golkar, Partai Gerindra dan Partai Demokrat melalui dukungan lisan.
Dukungan empat partai politik ini, menjadi modal dasar Bobby Nasution mengamankan tiketnya berlayar sampai penetapan pencalonan kepala daerah sesuai aturan minimal 20 persen dari jumlah 100 anggota DPRD Sumut yang ada. Sebanyak 46 persen di antaranya, sudah berlabuh kepada empat partai politik. Jumlah itu terinci dalam perolehan suara PAN 6 kursi, Partai Golkar 22 kursi, Partai Gerindra 13 kursi dan Partai Demokrat 5 kursi. Satu sisi, dukungan partai politik kepada Bobby Nasution sangat gemuk, sekaligus memberi peluang politik selebar-lebarnya kepada pendukung empat partai politik ini memenangkan Bobby Nasution dalam Pilgub Sumut. Di sii lain, kekhawatiran ini justru mencul, Ketika masing-masing partai politik pendukung Bobby Nasution menyodorkan pendampingnya sebagai wakil gubernur.
Kekhawatiran ini semakin hari semakin nyata. Apalagi, masing-masing partai politik membuka pendaftaran di internal partainya sekaligus memberi peluang kepada kadernya ikut mendampingi Bobby Nasution sebagai wakil. Apakah peluang Bobby Nasution mau menerima pendamping dari salah satu partai politik pendukung ini? Tentu ini menyulitkan Bobby, tarfik menarik kepentingan bakal muncul dan hamper dipastikan kekompakan elit partai politik penduikung Bobby bisa jadi kurang solid, Ketika Bobby mengambil pendamping dari kader salah satu pengusung partai politik Bobby Nasution. Hemat penulis, suasana akan cair siapa yang bakal mendampingi Bobby Nasution jika Bobby tidak melibatkan elit partai poliitk di Tingkat pusat. Otoritas atau kewenangan Bobby menetapkan pendamping, sebaiknya jangan terlalu diintervensi empat partai politik pendukung Bobby. Suasana kebatinan, kepiawaian kepemimpinan serta dukungan arus bawah sebaiknya menjadi rujukan sekaligus pertimbangan politik Bobby Nasution dalam mengambil keputusan final siapa pendamping Bobby Nasution.
Menantu Presiden Joko Widodo ini, menjadi magnet dalam pusaran politik nasional. Perbincangan Bobby maju dalam Pilgub Sumut, justru membuka lebar, banyak partai politik lainnya akan bergabung dan menyatakan dukungannya kepada Bobby Nasution. Jika kalkulasi politik ini terjadi, justru semakin mempersulit bargaining posisi Bobby Nasution menetapkan siapa pasangan pendampingnya dalam Pilgub Sumut 2024 nanti. Tentu kondisi ini tidak terlalu sulit bahkan sangat mudah, jika kewenangan ini full diberikan kepada Bobby Nasution. Bermodalkan dasar 46 persen dukungan dari empat partai poliitk itu, sudah lebih baik untuk memperlebar sayap dukungan kepada masyarakat peemilih di Sumatera Utara.
Bobby Versus Edy Rahmayadi
Dalam peta politik Sumatera Utara, nama Bobby Nasution tidaklah sepopuler Edy Rahmayadi Gubernur Sumatera Utara periode 2018-2023. Sosok Edy dikenal, karena beliau pernah menjabat orang nomor satu di Sumatera Utara. Rekam jejak Edy juga terbilang bersih dan belum kena sandungan hukum. Tapi perlu dicatat, popularitas Edy tidak serta merta atau berbanding linear. Misalnya, popularitas Edy menjulang sampai 70 persen, lantas berbanding lurus dengan pemilih Edy sampai 70 persen? Ini sangat mustahil dalam matematika poliitik terutana dalam pemilihan kepalaa daerah.
Dua sosok ini memiliki kewenangan di daerah administratif-nya masing-masing. Bobby Nasution menjabat sebagai Walikota Medan, sementara Edy Rahmayadi pernah menjabat Gubernur Sumatera Utara. Track recordnya perjalanan keopemimpinan mereka berdua, memiliki plus dan minus. Sepanjjang Walikota Medan Bobby Nasution sering kali menarik APBN masuk ke kota Medan. Bahkan, selama ia memimpin Kota Medan, banyak ruas jalan diperbaiki. Jalan menjadi mulus bahkan sejumlah proyek fisik pembangunan under-pass menjadi prioritas Bobby untuk diselesaikan. Proyek-proyek multi years yang digiring ke Kota Medan, menjadi iri para pejabat lain di propinsi lain, mengapa tidak daerahnya mendapatkan anggaran sebanyak itu. Lantas, bagaimana dengan Edy Rahmayadi? Sosok ini dikenal sebagai pemimpin yang tegas, karena dijiwanya mengalir “darah” TNI. Edy memiliki kesigapan dalam memimpin sehingga selama ia menjabat Gubsu pada periodisasinya, kestabilan keamanan terjaga, dan martabat daerah juga dihargai daerah lain. Edy sukses menumbuh-suburkan birokrasi terpimpin, sehingga tingkat kepatuhan dalam menjalankan pembangunan dijalani dengan sempurna.
Kompetisi politik di antara dua sosok ini, nampaknya terjadi pada perhelatan pemilihan Gubsu mendatang. Indikasi kekuatan itu, keduanya sama-sama melakukan approach politik kepada partai politik untuk berlayar melalui perahunya masing-masing.
Sejauh ini, dari empat partai politik memberikan dukungan, baru dua parpol yang memberikan surat resmi penugasan kepada Bobby Nasution sebagai calon Gubernur Sumugt yakni PAN dan Partai Golkar. Dua partrai politik lagi, menyatakan terang-terangan menyampaikan ke publik tentang dukungan untuk Bobby Nasution. Partai Gerindra misalnya, saat ini menjadi partai politik tempat Bobby Naasution bernaung. Selanjutnya, Partai Demokrat besukan SBY itu justru ingin menyodorkan satu nama pendamping Bobby Nasution untuk calon wakil Gubsu.
Lantas bagaimana dengan PDIP? Apakah partai politik trah Megawati Soekarno Putri ini memberikan dukungan politik kepada Bobby Nasution. Fakta yang ada selama ini, di Sumut calon yang diusung PDIP berasal dari kader sendiri. Justru sangat aneh, jika Bobby Nasution Kembali didukung PDIP, karena Bobby sendiri pun sudah menyatakabn out dari PDIP sebelum bergabung ke Partai Gerindra. Walau demikian, bisa saja kemungkinan di politik terjadi. Yang tidak mungkin didukung Kembali didukung. Apalagi PDIP di Sumut, memiliki 21 kursi DPRDSU. Kemungkinan itu bisa saja mengusung paslon tanpa harus koalisi dengan partai politik lainnya. Di sisi lain, kemungkinan politik terjadi, PDIP Kembali ke tradisi awal, mengusung kadernya sendiri untuk m,aju dalam Pilgub Sumut. Karena menantu Presiden Joko Widodo itu keluar dari PDIP sangat tidak mungkin Bobby Nasution diusung PDIP dalam Pilgub Sumut mendatang.
Apa yang diuraikan di atas, setidaknya menjadi potret kekuatan dan kelemahan Bobby Nasution saat mencalonkan diri sebagai Gubsu pada pilkada Sumut mendatang. Potret ini menjadi bahan pertimbangan partai poliitik, apakah parpol yang sudah mengusung atau pun yang belum mencalonkan diri agar segera bergegas mengambil sikap politik pada Pilgub Sumut 2024 nanti. **
** Penulis adalah Dosen Komunikasi Politik UIN Sumatera Utara, tinggal di Kota Medan **