Oleh : Anang Anas Azhar
Satu tahun kepemimpinan Rektor UIN Sumatera Utara Prof Dr Nurhayati M.Ag (09 Mei 2023 – 09 Mei 2024), UIN Sumatera Utara terus berbenah. Satu demi satu persoalan yang mendera kampus ini perlahan tuntas. Salah satunya, persoalan sengketa lahan milik UINSU di Desa Sena, fasilitas dan kelengkapan lokal yang belum memadai, hingga “harga mati” akreditasi UINSU menjadi unggul. Pelan tapi pasti, dapat diselesaikan dengan baik. Di tengah kuatnya merealisasikan visi misi Rektor UINSU itu, tetap saja ada krikil-krikil tajam mewarnai kepemimpinan Rektor UINSU dalam satu tahun terakhir.
Satu per satu masalah yang dianggap krusial, bahkan statusnya berhadapan dengan hukum tuntas secara sempurna. Satu di antara persoalan hukum itu adalah diakomodirnya kembali puluhaan dosen BLU UINSU yang sebelumnya menghadapi status administrasi yang tidak jelas sejak Nopember 2021. Dosen yang dinyatakan lulus dalam seleksi, nasibnya terkatung-katung. Kini, puluhan dosen BLU UINSU itu menikmati dengan riang gembira. Mereka telah mengajar dengan baik berdasarkan nota tugas Rektor UINSU Prof Dr Nurhayati M.Ag.
Capaian lain dalam kepemimpinan Rektor UINSU selama satu tahun ini, adalah tuntasnya status hukum lahan tanah milik UINSU di Desa Sena, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Lahan yang selama ini bersengketa antara UINSU dan penggarap tanah sudah tuntas. Pelan tapi pasti, status lahan milik UINSU yang luasnya sekitar 97 hektare itu, diselesaikan dengan baik kepada para penggarap. Ganti rugi pun telah dilakukan, meski di sana-sani menghadapi banyak rintangan untuk menegosiasi para penggarap tanah yang meng-klaim lahan itu milik mereka. Penuntasan status lahan ini tidak terlepas dari pembayaran ganti rugi, berkolaborasi dengan Bank Syariah Indonesia (BSI), BPN Deliserdang dan Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Kini, status lahan tersebut kini resmi milik UINSU. Selanjutnya master plan jangka panjang pembangunan kampus terpadu UINSU mulai dirancang. Proyeksi kampus terpadu UINSU nampaknya, sudah berada di depan mata guna memperlebar kampus UINSU menjadi kampus terpadu yang terintegrasi satu kesatuan antara satu fakultas dengan fakultas lain yang refresentatif.
Gedung mangkrak, persis di depan Biro Rektor UINSU, penyelesaiannya mulai terlihat cerah. Kementerian PUPR Republik Indonesia atas upaya tim rector, melakukan take over penyelesaian gedung mangkrak UINSU tersebut. Jika gedung ini selesai direnovasi, maka penambahan kantor administrasi dan lokal untuk perkuliahan mahasiswa semakin bertambah. Upaya dan kerja keras ini, tentu tidak terlepas dari visi misi Rektor UINSU yang menginginkan kampus ini menjadi UINSU SMART atau singkatan dari Sejahtera, Moderat, Adil, Responsif dan Terkemuka. Visi misi SMART ini, nyata dan nampak dari pembangunan fisik kampus. Iklim akademik kampus terjaga dengan baik, yang berujung aman dan nyaman. Mengusung pemikiran yang moderat, berkebijakan adil, mampu memberikan respons yang cepat dan tepat serta mampu menjadi kampus terkemuka menunju kampus berbasis digital dikenal di dunia luas.
Kebanggaan lain atas terobosan kepemimpinan Rektor UINSU dalam satu tahun terahhir ini, tertatanya kembali administrasi UINSU secara baik. Meski di sana-sini belum sempurna, tetapi persoalan adminitrasi, surat menyurat menjadi prioritas utama dalam memproses banyak program. Program, yang direncanakan dan direalisasikan dalam satu tahun ini, tidak terlepas dari administrasi. SDM yang tersedia di kampus UINSU difungsikan secara maksimal. Guna terbentuknya tim squad UINSU menghandle kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Alhamdulillah, bukti adminitrasi itu tertata dengan baik, berpindahnya administrasi UINSU dari Biro Rektor UINSU Jalan Willem Iskandar menuju UINSU di Tuntungan. Perpindahan ini menjadi hal yang penting, mengingatkan pusat administrasi berada di satu tempat. Rektor, para wakil rektor, Kepala Biro apakah Kapala Biro AAKK maupun AUPK, dan kepala bagian yang ada di UINSU, kini tersentral di satu kantor. Ini menjadi bagian yang prioritas dalam proses koordinasi dan eksekusi kerja dari setiap program kegiatan di UINSU yang sudah direncanakan.
Kerja-kerja yang dilakukan di atas, tentu tidak sempurna jika akreditasi UINSU pada posisi stagnan. Akreditasi UINSU saat ini dari BAN-PT adalah Baik Sekali. Seperti ini, Rektor UINSU tidak harus puas pada posisi ini. Segenap kekuatan, SDM dan fasilitas yang dimiliki, Rektor UINSU mendeklarasikan akreditasi Unggul untuk UINSU menjadi “harga mati”. Mengapa demikian? Akreditasi adalah “celana dalam” dan “pakaian” kita, yang akan dilihat orang luar. Baik buruknya raut wajah kita, inilah potret terbaru UINSU, tidak terlepas dari akreditasi. Atas dasar itulah, Rektor UINSU Prof Dr Nurhayati M.Ag menyebut, bahwa bagi sivitas akademika UINSU, akreditasi unggul menjadi “harga mati”. Perjuangan kita menuju akreditasi unggul, sedang dipertaruhkan dan kini berproses. Kita tidak boleh diam, apalagi berleha-leha menuju akreditasi unggul.
Capaian dari akreditasi ini, satu demi satu mulai berbuah. FITK UINSU menjadi pemecah telur yang pertama kalinya, meski masih ada fakultas lain yang berproses. Dua program studi di FITK, kini berstatus unggul, dari sebelumnya baik sekali. Begitu juga program studi lainnya, dari sebelumnya B, namun setelah ISK berubah menjadi baik sekali. Tulisan ini, tidak menyebut satu per satu program studi apa yang dimaksud dalam perubahan akreditasi itu. Tetapi, tulisan ini hanya mengingatkan kita semua atas capaian yang dilakukan Rektor UINSU dalam penguatan akreditasi UINSU kurun waktu satu tahun terakhir.
Satu tahun kepemimpinan Rektor UINSU, hasil dari proses akreditasi UINSU mulai nampak. Borang akreditasi menuju unggul sedang beproses. Tentu tahapannya sangat panjang untuk mengkerek status UINSU dari baik sekali menjadi unggul. Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) sedang berlangsung. Belajar dari UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, UIN Sumatera Utara nampaknya “belajar” dari kampus berjuluk Serambi Mekkah itu. UIN Ar-Ranury sukses mendongkrak akreditasinya dari baik sekali menjadi unggul. Dalam beberapa bulan terakhir, progres AIPT semakin nampak bahkan fakultas dengan program studinya yang bervariasi menjadi instrumen terpenting untuk AIPT UINSU.
Target unggul, tidak hanya mimpi belaka yang menyertai tidur nyenyak sivitas akademika UINSU. Unggul di depan mata, unggul menjadi kenyataan, nampaknya tidak terbantahkan lagi dengan kerja-kerja tim yang diperkuat dengan fasilitas dan gizi yang cukup. Mendukung akreditasi unggul ini, seluruh fakultas memotong anggaran rutinnya di POK, agar proses AIPT berjalan dengan baik. Seluruh fakultas di lingkungan UINSU didorong untuk memperbaiki seluruh komponen penunjang AIPT. Borang program studi bagi yang berproses menuju unggul, begitu juga dengan fasilitas lainnya dalam menunjang keberlangsungan AIPT UINSU tahun 2024.
Pertanyaannya sekarang. Bagaimana dengan fakultas dan program pascasarjana di lingkungan UIN Sumatera Utara? Apakah bersiap menuju akreditasi unggul, seperti target “harga mati” dari Rektor UINSU. Sebagai institusi yang memiliki hirarki jelas dari Kementerian Agama RI, Rektor UINSU adalah atas nama Menteri Agama yang berkewenangan full, mengelola dan membenahi kampusnya di propinsi. Oleh karenanya, tidak ada kata mundur dalam akreditasi. Akreditasi menjadi keniscayaan dan menjadi simbol kualitas sebuah perguruan tinggi di dunia pendidikan.
Apa yang diuraikan dalam tulisan ini, sungguh sangat sederhana sekali. Tujuannya tak lain, ingin mengingatkan kembali kegiatan satu tahun kepemimpinan Rektor UINSYU. Program apa saja yang sudah dilakukan fakultas dari visi misi Rektor UINSU dalam lingkup fakultas dan program studi. Tentu masih jauh dari apa yang diharapkan. **
** Penulis adalah Wakil Dekan III FDK UIN Sumatera Utara Medan