Scroll untuk baca artikel
#
Universitarian

TLI Paramadina dan UINSU Latih Duta Internet Sehat Anti Ekstremisme

×

TLI Paramadina dan UINSU Latih Duta Internet Sehat Anti Ekstremisme

Sebarkan artikel ini
Peeserta dan Pimpinan Fakultas FIS berfoto bersama(. msj)
Peeserta dan Pimpinan Fakultas FIS berfoto bersama(. msj)

Asaberita.com – MEDAN – The Lead Institute, Universitas Paramadina bekerjasama dengan Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ilmu Sosial, UIN Sumatera Utara, menggelar training of trainer (ToT) Pemuda, Internet Sehat dan Anti Ekstrimisme, di Kampus UIN Jalan Willem Iskandar, Medan Estate, Kamis (12/12/2019).

Dari sini diharapkan lahir kaum muda yang menjadi Duta Internet Sehat dan Anti Ekstrimisme. Turut hadir Wakil Dekan I FIS UINSU, Dr Muhammad Dalimunte, Ketua Program Studi Sosiologi Agama, Dr Irwansyah, dan Sekretaris, Faisal Riza, MA. Turut hadir pula sebagai narasumber ToT, Zainul Maarif Lc, MA, Aan Rukmana, MA, Emil Radhiansyah, M.Si, Tri Wahyuni, M.Si, dan Wahyuningdiah Trisari, M.T.I.

Chairman The Lead Institute Universitas Paramadina, Dr Phil Suratno, mengatakan pihaknya sebelumnya telah menggelar workshop dan kampanye publik di Jabodetabek dan Pulau Jawa. Orientasinya adalah pengetahuan dan kewaspadaan. Bagaimana berinternet sehat dan menghindari konten ekstrimisme. “Kami menyasar anak muda, siswa SMA dan mahasiswa agar punya kesadaran, bagaimana berinternet sehat dan anti ekstrimisme,” katanya.

Untuk tahun ini, mereka sengaja menggelar ToT, sebagai lanjutan program sebelumnya yakni aksi nyata. Pihaknya ingin muncul Duta Internet Sehat dan Anti Ekstrimisme dari kegiatan ini. Setelah kegiatan ini kata dia, nantinya peserta ToT akan diajak mengikuti Pesantren Camp. “The Lead Institute Universitas Paramadina tidak ingin bekerja sendiri. Makanya kami datang ke Medan dan bekerjasama dengan Prodi Sosiologi Agama UINSU,” kata alumnus Fakultas Antropologi, Universitas Frankfurt, Jerman ini.

BACA JUGA :  Mahasiswa USU Wujudkan Mimpi Melalui Program IISMA

Selain Medan, ada Mataram dan Madura yang juga menjadi daerah yang disasar gelaran ToT Pemuda, Internet Sehat dan Anti Ekstrimisme. Menurut Suratno, dari riset mereka tiga daerah ini dipilih karena rentan ekstrimisme. “Medan kita punya beberapa kejadian, terakhir bom yang di Polrestabes Medan. Sebelumnya ada bom di Sibolga. Di sini juga masih ditemukan sel-sel kelompok ekstrim, sama seperti Mataram. Di Sulawesi dan Jawa ada juga, tapi kami harus memilih dan tahun ini kami pilih di 3 daerah ini,” ujar.

Menurutnya, kehadiran internet membuat perubahan sosial di masyarakat. Termasuk juga penyebaran konten konservatisme, radikalisme, hingga ultra nasionalisme yang dapat memicu ekstrimisme. “Radikalisasi online muncul dari eksistensi internet. Ini berbahaya karena literasi masyarakat kita masih rendah. Kita coba bersama-sama masyarakat untuk menghempang itu lewat program ini. Potensi ekstrimisme ini ada dari internet,” katanya.

Wakil Dekan I FIS UINSU, Dr Muhammad Dalimunte, yang membuka kegiatan itu, mengatakan, kegiatan ini menjadi sejalan dengan UINSU kekinian. Diharapkan dengan ToT ini, peserta dapat menularkan kemampuan literasi di internet. “Jadi orang tidak akan mudah terpengaruh isu negatif dan isu itu tidak pernah ada,” terangnya.

BACA JUGA :  41 PTKIN Se-Indonesia Ikut Meriahkan Fordakom 2024 di Samosir

Undangan kerjasama yang ditawarkan The Lead Institute, menurut Muhammad, akan menjadi tantangan bagi Prodi Sosiologi Agama. Hal ini nantinya akan dilaporkan ke Rektor UINSU, agar dibuat kegiatan yang lebih besar lagi. “Internet sehat saya pikir juga usaha deradikalisasi yang baik. Karena anak-anak muda kita memang banyak menghabiskan waktu di internet,” terangnya.

Sementara, Sekretaris Prodi Sosiologi Agama FIS UINSU, Faisal Riza, menambahkan, dengan situasi kekinian, Prodi Sosiologi Agama, sangat terbuka pada kerjasama dengan pemerintah daerah menyelesaikan persoalan ekstrimisme ini. “Kami siap, dan punya orang yang terlatih mengembangkan internet sehat, perdamaian dan kohesi sosial di masyarakat. Harapannya ini akan membantu pemerintah dalam mewujdukan pembangunan. Kalau masyarakatnya konflik, dengan mobilisasi kebencian di internet yang tinggi, akan bisa saja menyulitkan pembangunan,” terangnya.** (rel/msj)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *