Scroll untuk baca artikel
#
Nasional

Tuan Guru Batak (TGB) : Pancasila Final “Harga Mati” Harus Kita Bumikan

×

Tuan Guru Batak (TGB) : Pancasila Final “Harga Mati” Harus Kita Bumikan

Sebarkan artikel ini
Pancasila
Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Dr Ahmad Sabban El-Rahmaniy Rajagukguk MA sedang menyampaikan paparan pada Seminar Nasional Virtual (Webminar) ‘Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era New Normal’ yang diadakan DPP GDKK bekerja sama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Kamis (18/6/2020).
Pancasila
Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Dr Ahmad Sabban El-Rahmaniy Rajagukguk MA sedang menyampaikan paparan pada Seminar Nasional Virtual (Webminar) ‘Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era New Normal’ yang diadakan DPP GDKK bekerja sama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Kamis (18/6/2020).

Asaberita.com – Medan – Ulama sufi Mursyid Thoriqah Naqsyabandiyah Serambi Babussalam Simalungun, Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Dr Ahmad Sabban El-Rahmaniy Rajagukguk MA menyatakan, Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, telah final atau harga mati.

“Di berbagai forum, seminar, dialog dan diskusi hingga percakapan sehari hari kita sudah sepakat kebulatan tekad tentang Pancasila”.

“Pancasila merupakan harga mati dan sudah final. Tidak ada orang yang bisa mengkorek-koreknya, tidak ada yang bisa mengubah-ubahnya karena ini adalah ketetapan dan keinginan bangsa Indonesia. Secara keseluruhan dan ketika ideologi Pancasila dikoyak, maka seluruh bangsa Indonesia akan terkoyak”.

“Pancasila adalah “kalimatun sawa” titik temu yang menjadi perekat seluruh anak bangsa.” Ungkap TGB, yang juga dosen program Doktor UIN SU.

Hal itu disampaikan TGB pada Seminar Nasional Virtual (Webminar) ‘Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era New Normal’ yang diadakan Gerakan Dai Kerukunan dan Kebangsaan (GDKK) bekerja sama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Kamis (18/6/2020).

“Pancasila adalah ‘kalimatun sawa’ yakni pondasi atau pondamen bangsa yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia untuk menyatukan semua anak bangsa,” ujar TGB.

Disebutkan, Pancasila sebagai ideologi dan filosofi bangsa, di mana sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa sampai sila yang kelima, sudah merupakan kesepakatan para ulama dan pendiri bangsa.

Sila-sila dalam Pancasila dihasilkan melalui pengkajian dan pembahasan yang panjang para founding pather bangsa. Dan ini sudah menjadi kesepakatan final yang tak dapat diganggu gugat lagi.

BACA JUGA :  Polemik Manipulator "Agama" Musuh Pancasila Versi Prof Yudian

“Kita bersyukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa karena para pendiri bangsa ini berhasil melahirkan ideologi pemersatu dan pembebas. Karena saat itu dunia sedang berkecamuk dan dilanda perang dunia kedua,” imbuh TGB.

Menurut TGB yang kerap dikunjungi para tokoh ini, sila Ketuhan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam Pancasila, mengikat sila-sila yang lainnya.

Karena orang yang ber-Tuhan, maka ia akan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keberadaban. Orang yang ber-Tuhan, maka ia akan menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan.

Orang yang ber-Tuhan, maka ia akan menjunjung tinggi nilai-nilai musyawarah untuk mencapai kemufakatan demi tujuan kemaslahatan bersama. Dan ia tidak mengedepankan ego sendiri-sendiri.

Kemudian, orang yang ber-Tuhan, maka ia juga akan selalu berlaku adil dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, baik untuk dirinya sendiri maupun pada orang lain.

Disebutkan TGB, karena ia digali dari nilai-nilai luhur bangsa, Pancasila dalam tindakan sebenarnya sudah dilakukan di berbagai unsur masyarakat Indonesia.

Contoh sederhana masyarakat bergotong-royong membangun atau membersihkan selokan, itu sudah merupakan wujud dari sila persatuan.

Demikian juga dengan sila yang lainnya, masyarakat Indonesia sebenarnya dalam kehidupannya sehari-hari telah mengamalkan dan menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kegiatan dan interaksinya di lingkungan masyarakat.

BACA JUGA :  Pancasila Dan Ekonomi Gotong-Royong

“Jadi, konsentrasi kita saat ini adalah bagaimana memperkuat dan membumikan Pancasila agar ter-implementasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ajak TGB.

Terkait dengan rancangan RUU HIP, TGB menyatakan bahwa tidak ada ruang untuk merubah idiologi bangsa. Tidak ada ruang bagi komunis.

“Sudah final, komunis tidak punya tempat di negara yang beridiologi Pancasila. Begitu juga idiologi apapun yang menentang Pancasila,” tandas TGB.

Dalam Webminar yang dipandu pengamat komunikasi politik Sumut Dr Anang Azhar MA, selain Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Dr Ahmad Sabban elRahmaniy Rajagukguk MA, tampil juga sebagai narasumber Wakil MPR RI, Ketua BPIP Prof Yudian Wahyudi, Ketua Umum DPP GDKK Dr Salahuddin Harahap MA dan Presidium Forum Masyarakat Katholik Indonesia, Dedi Handoko MH.

Menurut Ketua Panitia kegiatan M Ikhyar Harahap SH, kegiatan webminar ini diadakan dalam rangka memperkuat idiologi Pancasila dan aktualisasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (asa/has)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *