Anang AA, Akademisi Pengalaman Global Berkarakter Ulul Albab

Anang
Dr Anang Anas Azhar MA.
Anang
Dr Anang Anas Azhar MA.

 

Asaberita.com  – TERLIHAT serius, tegas, konsisten, berani dan ramah berteman, nampaknya inilah yang pantas dilayangkan kepada sosok Dr Anang Anas Azhar MA (foto). Buah hati dari pasangan Saibon AS (alm) dan Jamilah (almh) ini, dilahirkan di sebuah kampung yang terbilang terisolir berdekatan dengan angkutan air bernama Getek di pinggiran Sungai Bilah Kabupaten Labuhan Batu, yakni Desa Tebing Linggaraha, 04 Oktober 1974 silam.

Bacaan Lainnya

Beberapa tahun dari kelahirannya, Anang Anas Azhar dibawa kedua orang tuanya hijrah tahun 1978 ke Jalan Kampung Baru, Kota Rantau Prapat. Di sanalah ia menuntut ilmu mulai SDN tahun 1981. Tahun 1987 melanjutkan pendidikan di MTsN Filial Rantau Prapat, dan menamatkan tingkat SMA-nya di MAN Filial Rantau Prapat tahun 1993.

Anak tukang talang (pengumpul kaleng) dan jual tembakau ini, sejak menempuh pendidikan MAN, bakat menjiwai dan mendalami pendidikan keagamaan mulai terlihat. Sambil sekolah, Nanang (panggilan akrab Anang), sudah mengajar ngaji private ke rumah-rumah di kampungnya untuk menambah keuangan.

Bekal inilah, Anang berniat melanjutkan kuliah ke IAIN Sumatera Utara tahun 1993. Awal kisah pendidikan tingginya, Anang tidak diberikan izin orang tua untuk kuliah di Medan karena ketiadaan dana. “Siapa yang membiayai kuliahmu kalau kau kuliah di IAIN, lebih baik bantulah ayah, menolong kerja talang dan mencari kaleng,” tutur Anang menirukan ucapan almarhum ayahnya.

Melihat ucapan ayahnya itu, Anang ternyata tidak tinggal diam. Ia membujuk perlahan mamaknya untuk mengizinkan dirinya kuliah di IAIN Sumatera Utara. Kemudian mamaknya menyampaikan ke ayahnya dari niat Anang. Dan, Anang pun diizinkan untuk kuliah ke Medan.

Berbekal uang pas-pasan dan seadanya, Ayah pun membawa Anang untuk mendaftarkan diri di Medan dan niat kuliah masuk di Fakultas Dakwah IAIN Sumatera Utara tahun 1993 silam. Usai menjalani testing dan hasilnya Anang dinyatakan lulus di Program Studi Penyiaran Penerangan Agama Islam (PPAI) sekarang menjadi Komunikasi Dan Penyiaran Islam (KPI).

Selama menjalani kuliah, bermodalkan pendidikan agama yang terbilang cukup, ia memutuskan tinggal di Masjid sebagai tempat sandaran untuk menuntut ilmu selama menjalani kuliah di IAIN Sumatera Utara. Masjid yang ia tinggali tepatnya di Jalan Bhayangkara Gang Masjid yakni Masjid Raya Al Jihad Medan. Anang pun berbaur dengan mayoritas masyarakat banten yang ada di daerah masjid itu.

BACA JUGA :  UMA Bantu Korban Banjir Aceh Tamiang

Menopang kehidupannya sehari-hari, Anang tak sungkan-sungkan untuk berjualan roti dengan naik becak pakai stelling usai pulang kuliah. Rata-rata ia lakoni berjualan roti selama 2 tahun untuk menghidupi dirinya selama di Medan. Sedangkan malam harinya, ia mengajar private ngaji anak-anak di belakang masjid. Dari beberapa tahun ia jalani barulah Anang mengenal dunia aktivis. Ia mengaktifkan diri di kampus dan mulai mengenal kehidupan kampus melalui organisasi.

Dalam catatan sejarah, Anang pernah mengaktifkan diri di HIMMAH, PMII, LDK IAIN dan IMM. Dari organisasi yang pernah diikuti ini, yang paling berbekas pada dirinya adalah IMM, dari situlah karir organisasinya berjalan mulus hingga pernah pengurus komisariat, cabang IMM Medan, IMM Sumut, Ketua Pemuda Muhammadiyah Sumut sampai Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah.

Setelah menamatkan kuliah S1 1998, Anang memilih jalan hidupnya menjadi wartawan dan politisi. Sebagai alumni Fakultas Dakwah, ia menjatuhkan pilihannya menjadi juru dakwah lewat tulisan. Maka tak heran, jika Anang memiliki banyak karya di bidang jurnalistik, bahkan ia sudah menghasilkan tulisan-tulisan opini yang terbit di media cetak sampai 756 tulisan. Ia juga terbilang malang melintang di dunia wartawan selama 22 tahun lamanya, bahkan dirinya satu-satunya alumni IAIN/UINSU yang memiliki kemahiran wartawan utama berserttifikat dari Dewan Pers.

Selain mengaktifkan diri sebagai wartawan, ia juga politisi dari partai yang dibidani Amien Rais saat reformasi. Puncaknya, ia pernah menjadi Tim Ahli di DPRD Propinsi, Staf Khusus Bupati Labuhan Batu Selatan dan Tim Ahli Rektor UINSU 2017-2020. Inilah cerdasnya Anang, meski dirinya mengaktifkan diri sebagai wartawan dan politisi puluhan tahun lamanya, ia tidak meninggalkan almamaternya untuk tetap kuliah di S2, S3 dan akhirnya menamatkan studi doktornya di Program Studi Komunikasi Islam tahun 2016, konsentrasi komunikasi politik. Sepanjang 15 tahun-an juga, Anang mengabdikan diri sebagai dosen luar biasa di Fakultas Dakwah dengan mengampu mata kulah rumpuan ke-jurnalistikan.

Rezeki hidup tak dapat ditolak, dewi portuna pun berpihak kepada Anang. Ia akhirnya diangkat menjadi Dosen Tetap PNS dari jalur pengabdian K2 di UINSU pada usia 42 tahun. Masuknya Anang sebagai dosen PNS di UINSU, bukan segampang membalik telapak tangan, penuh perjuangan, liku-liku dan ranjau tajam.

Sebagai dosen luar biasa yang hijrah ke dosen tetap PNS di UINSU, duri-duri tajam pun acapkali menghampiri Anang. Ia semacam “dianaktirikan” dari fakultas almamaternya dalam satu periode kepemimpinan. Karena rezeki, doa orang tua dan anak istri yang kuat, siapa pun tidak dapat menghalanginya, akhirnya dengan izin Allah Swt, Anang ditempatkan di fakultas baru yang kini bernama Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UINSU. Nampaknya, peralihan nama IAIN ke UIN membawa berkah bagi Anang Anas Azhar.

BACA JUGA :  Gratis Uang Pendaftaran, STIT Darul Qur’an Terima Mahasiswa Baru

Kini Anang, sejak diangkat menjadi CPNS Januari 2015 mengabdikan dirinya di FIS. Sejak lahirnya FIS hingga saat ini, Anang memahami persis seluk beluk pendirian dan perkembangan FIS dalam 7 tahun belakangan. Sebagai akademisi yang konsern ikut membangun fakultas ini, tak salah jika dirinya ingin berkhidmat membesarkan FIS UINSU.

Prestasi akademik yang dimilikinya luar biasa, lompatan jabatan fungsional yang ia miliki di luar dugaan. Hanya jarak empat tahun setelah diangkat menjadi dosen edukatif tahun 2018, ia juga dinyatakan lolos sertifikasi dosen. Pada tahun 2020 akhir, Anang sudah memiliki jabatan akademik Lektor Kepala.

FIS UINSU seiring perkembangannya, harus menjadi fakultas yang memiliki daya saing kuat, baik pada aspek SDM, skill (kemahiran), terutama di bidang teknologi digital. Kita tidak dapat menutup diri, hari ini sudah zamannya digitalisasi, maka mau tidak mau FIS harus berbenah merebut kesempatan besar ini.

Empat program studi yang dimiliki FIS saat ini (Ilmu Perpustakaan, Ilmu Komunikasi, Sejarah Peradaban Islam dan Sosiologi Agama), tidak boleh dianggp enteng. Karena dari sinilah, generasi kita akan mengudara merebut pangsa pasar kerja di dunia kerja sesuai keahliannya.

Sebagai sosok yang mencurahkan separoh hidupnya di dunia wartawan dan politisi, serta jaringan di luar kampus, Anang diyakini mampu menakhodai Fakultas Ilmu Sosial menjadi fakultas yang memiliki daya saing tinggi dengan perguruan tinggi lainnya di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, yang bermuara pada konsep wahdatul ‘ulum, seperti tertanam kuat pada visi dan misi Rektor UINSU Prof Dr H Syahrin Harahap MA. Semoga !!

(red.)

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *