Scroll untuk baca artikel
#
Opini

Perangkap Politik Dinasti

×

Perangkap Politik Dinasti

Sebarkan artikel ini
Dr Anang Anas Azhar MA (foto/msj)
Dr Anang Anas Azhar MA (foto/msj)

Oleh : Dr Anang Anas Azhar MA

 

ADA dua istilah populer dalam literasi perbincangan publik politik Indonesia. Istilah itu adalah dinasti politik dan politik dinasti. Dua istilah ini, dipersepsikan sama oleh masyarakat awam. Padahal, istilah ini secara bahasa mirip tapi tak sama. Dinasti politik cenderung mempertahankan pengaruh kekuasaan bukan dari darah daging keluarga, sementara politik dinasti dimaknai sebuah upaya mempertahankan kekuasaan dari keturunan keluarga.

Dinas politik bukanlah fenomena unik lagi di Indonesia. Dalam politik lokal kita, dinasti politik mengarah kepada pertahanan kekuasaan, apakah dari suku atau agama. Dan jauh panggang dari darah keturunan keluarga. Perjalanan panjang sejarah Indonesia, justru kita melihat dinasti politik. Dinasti politik kesukuan misalnya, suku Jawa tetap saja memimpin Negara Indonesia sejak Indonesia merdeka. Presiden kita Soekarno sampai saat ini Joko Widodo, merupakan suka Jawa. Nah, inilah yang kita sebut dengan dinasti politik.

BACA JUGA :  Nikmati Suasana Hangat di Waroeng Kongkow: Tempat Nongkrong Asyik di Medan!

Dinasti politk juga bisa terjadi di kelompok agama. Misalnya, sebuah kekuasaan dipimpin dari penganut agama Islam. Guna mempertahankan dinasti politik periodisasi selanjutnya, pemimpin itu pasti mempertahankan dinasti politik generasi selanjutnya yang berasal dari agama yang sama.

Lantas, apa politik dinasti itu ? Secara spesifik politik dinasti itu adalah pemimpin berantai dari satu darah, satu keluarga yang ingin mempertahankan kekuasaan pada tiap level kepemimpinan. Kita dapat menyaksikan, betapa kuatnya politik dinasti yang terjadi di hampir setiap level kepemimpinan kita di Indonesia. Bupati/Walikota/Gubernur bahkan Presiden sekalipun tetap saja memanjang sayapnya dalam politik dinasti. Usai menjabat sebagai pemimpin, masih ada keluarga yang satu darah ingin menggantikan posisinya, atau bahkan memperpanjang politik dinasti dalam level bawah.

BACA JUGA :  Pilgub Sumut: Anggota DPD RI KH Muhammad Nuh Ajak Kaum Muda Pilih Paslon Gubernur yang Potensi Menangnya Besar

Bagi saya, fenomena ini tak perlu kita persoalkan lagi. Toh, di Negara-negara maju juga seperti Amerika Serikat, Timur Tengah sudah dahulu terjadi yang demikian. Keinginan mengusai politik dinasti adalah sebuah kewajaran dalam dunia politik. Karena sesungguhnya, politik itu menghendaki nilai-nilai kekuasaan. Kekuasaan yang ditanamkan dilakukan melalui politik dinasti. **

 

** Penulis adalah Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial UINSU Medan ** Β Β 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *