Universitarian

Prof Syamsul Rijal Usung Kepemimpinan Kolaboratif BERSIAP di UINSU  

×

Prof Syamsul Rijal Usung Kepemimpinan Kolaboratif BERSIAP di UINSU  

Sebarkan artikel ini
Guru besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Dr Syamsul Rijal M.Ag saat menyerahkan berkas pencalonannya ke Panitia Penjaringan Rektor UINSU period 2023-2027. (doc).
Teks Foto : Guru besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Dr Syamsul Rijal M.Ag saat menyerahkan berkas pencalonannya ke Panitia Penjaringan Rektor UINSU periode 2023-2027. (doc/msj).

AsaberitaMedan – Sekilas Prof. H. Dr. Syamsul Rijal M.Ag (foto), adalah sosok yang garang. Ini terlihat dari perawakan wajah guru besar Akidah Filsafat Islam (AFI) UIN Ar-Raniry, Banda Aceh ini yang berjambang. Ternyata, wajah tak selamanya sama dengan hati. Hati beliau sangat mulia. Prof Syamsul Rijal termasuk tipe pejabat yang sederhana, ramah dan senang berdialog ketika lawan bicara menyapanya.

Bermodalkan pengalaman 26 tahun berjabatan di lingkungan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Syamsul Rijal ingin berkhidmat, melakukan ekspansi akademik di luar kampus Ar-Raniry. Ia pun memberanikan diri berkompetisi ke povinsi sebelah, yakni UIN Sumatera Utara, Medan. Prof Syamsul, Selasa (31/01/2023), pada menit-menit terakhir penutupan pendaftaran bakal calon Rektor UINSU menyerahkan berkas pencalonannya kepada panitia penjaringan Rektor UINSU periode 2023-2027.

Yang menarik dari pendaftaran Prof Syamsul Rijal ini, mengapa ia tertarik berkompetisi masuk pencalonan Rektor UINSU Medan? Berikut petikan wawancara khusus asaberita.com kepada Prof Syamsul Rijal saat berada di Medan, Rabu (01/02/2023) sebelum bertolak ke Bandara Kuala Namu menuju Banda Aceh.

T. Assalamu’alaikum prof, selamat pagi. Bagaimana kabarnya prof.

J : Wa’alaikum salam. Pagi juga pak, Alhamdulillah sehat wal’afiat.

T. Kemarin prof sudah mendaftarkan diri menjadi salah seorang bakal calon Rektor UINSU, apa sih yang melatarbelakangi profesor mendaftarkan diri ke UINSU Medan?

J : Mengapa saya mendaftarkan diri menjadi salah seorang calon yang ikut berkompetisi dalam pemilihan Rektor UINSU ini, ada tiga alasannya historisnya. Pertama, saya menilai, saya sudah memenuhi syarat dan didukung oleh regulasi yang ada. Regulasi yang dikeluarkan panitia penjaringan rektor di UINSU menurut saya cukup memenuhi persyaratan kepada saya. Dan ini memberi ruang seluas-luasnya kepada guru besar di PTKIN di Indonesia untuk mendaftarkan diri. Termasuk guru besar yang ada di UIN Ar-Raniry boleh mendaftarkan diri. Atas dasar inilah, saya mencoba melihat persyaratan dan saya mencoba memenuhi kelengkapan administrasi itu.

Kedua, ini merupakan panggilan akademisi saya. Sebagai akademisi, setahu saya antara UIN Ar-Raniry dan UINSU Medan memiliki hubungan historis yang jelas. Ini jelas sejarahnya, dulu IAINSU sekarang jadi UINSU merupakan bagian dari UIN Ar-Raniry terkait pendiriannya di awal tahun 1973.

BACA JUGA :  Humas Presiden Alumni Tantang Rektor UINSU Bentuk Kepengurusan Alumni Baru

Yang ketiga, saya merasa tidak asing bagi UIN Sumatera Utara. Karena saya sudah bagian dari UINSU, setiap saya pulang kampus ke Aceh Tenggara sudah pasti saya melewati Kota Medan. Kecuali beberapa tahun terakhir sudah dapat dilalui melalui jalur jalan Takengon. Yang terpenting lagi, bagi saya, saya tidak dapat terpisahkan dari UINSU terutama dalam memajukan kompetensi akademik di kampus ini. Ini ditandai, saya sering diamanahkan menjadi penguji internal S3 program doktor di Akidah Filsafat Islam. Ya, saya sering diajak dan diundang untuk menguji mahasiswa S3. Malahan, di antara mereka itu sudah banyak menjadi pimpinan berjabatan di UINSU Medan.

T. Terkait akreditasi prof, kondisi UINSU terkini masih banyak tertinggal akreditasinya, ada yang Baik, ada yang Baik Sekali dan ada yang Unggul. Tapi, secara keseluruhan prof, untuk memenuhi akreditasi Unggul, UINSU masih harus bekerja keras. Apa upaya profesor untuk meningkatkan akreditasi UINSU seandainya prof dipilih Menteri Agama?

J : kalau bicara akreditasi, saya kira semua lembaga itu untuk terbaik. Dalam konteksi ini adalah Unggul. Saya kira ada dua hal, ada akreditasi institusi dan ada juga akreditasi program studi. Nah, kompetensi akreditasi institusi sangat ditentukan oleh akreditasi program studi. Bagaimana akreditasi institusi dan program studi itu menjadi Unggul, ini ada kualifikasinya. Harus ada aktivitas akademik, aktivitas riset dan aktivitas tata kelola, belajar mengajar bidang pendidikan harus diatur sedemikian rupa.

Bahkan, pengabdian masyarakat harus tertata dan terdata dengan rapi. Kalau saya dipilih menjadi Rektor UINSU, program prioritas ini adalah yang utama. Mengupayakan akreditasi institusi dan program studi dapat dibanggakan. Saya menargetkan, targetnya bukan di program studi tapi di institusi dulu. Kalau kita maksimalkan dari institusi, maka program studi akan terikut. Jadi, kita pasang target utama dari institusi dulu baru kemudian ke program studi.

Teks Foto : Prof Dr Syamsul Rijal MAg, berfoto bersama dengan panitia penjaringan Rektor UINSU Medan. (doc/msj)

T. Guna menunjang akreditasi prof, pasti akan ada alokasi anggaran yang dilakukan. Bagaimana upaya profesor mengalokasikan anggaran untuk penguatan program akreditasi ini?

J : Kita memerlukan re-desain atau tata kelola anggaran. Kebijakan anggaran harus beorientasi kepada peningkatan mutu dan kualitas akademik. Bukan berarti selama ini tidak ada peningkatan mutu, tapi harus ada program prioritas. Misalnya, kapasitas karya dosen apakah riset dalam bentuk penulisan artikel ke jurnal. Ini menjadi elemen penting yang tidak terpisahkan bagi peningkatan akreditasi. Bahasa saya mungkin re-desain-lah untuk tata kelola anggaran seperti ini.

BACA JUGA :  Sidang Kasus UINSU, Ahli dari ITS Sebut Gedung Kuliah Terpadu Aman dan Layak Digunakan

Sangat keliru saya kira, kalau aggaran akreditasi itu di prodi, satu bulan atau tiga bulan kerja langsung dikasi anggarannya, ya bukan seperti itu menurut saya. Jadi, aktivitas akademik yang ada di program studi itu harus di-support dalam bentuk pengalokasian anggaran kepada karya dosen seperti riset. Jadi, aktivitas yang dilakukan prodi kepada dosen, out-putnya untuk akreditasi. Contoh sederhananya, karya dosen dalam bentuk artikel yang masuk ke jurnal bereputasi internasional.

Untuk level Sumatera Utara saya kira punya kapasitas. Seorang guru besar yang melakukan pembimbingan kepada doktor menuju guru besar, bisa membimbing tiga sampai lima orang doktor, Jadi, kita berikan anggaran kepada program ini. Sehingga ada out-putnya yang jelas. Inilah yang melahirkan artikel ke jurnal dan temuan-temuan baru dalam dunia akademik. Hal seperti ini harus kita support dan pengalokasian anggarannya harus jelas. Ini satu hal yang menurut saya penting.

Hal lain, dosen bisa saja mempresentasikan hasil risetnya ke universitas lainnya. Jangka waktunya, bisa dilakukan dua tahun sekali. Konektivitas sangat diperlukan untuk mendukung program ini.  Selama ini, kesannya hanya pimpinan yang melakukan ini, tapi jika saya diamanahkan tidak ada diskriminasi atau harus rata. Dosen juga harus ikut mempresentasekan karya-karyanya di institusi lain. Saya pastikan rating dosen dan universitas ini akan naik. Ouputnya bisa dimasukkan ke proseding atau jurnal yang bereputasi internasional. Kalau profesor diberikan biaya riset Rp 50 juta atau Rp 100 juta, saya kira dengan sendirinya akan tumbuh hasil penelitian berbasis jurnal internasional.  Bersambung ………. !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *