Wujudkan UINSU Sebagai World Class Univeristy Melalui Gerakan Total Produksi

UINSU
Guru Besar UINSU Prof Dr H Ansari Yamamah MA.
UINSU
Guru Besar UINSU Prof Dr H Ansari Yamamah MA.

Asaberita.com, Medan – Memasuki abad ke 21, dunia Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Indonesia sedang mengalami perubahan besar secara institusional. Seperti yang terjadi pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara yang kini telah berubah menjadi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU).

Perubahan ini pasti sudah melalui pengkajian yang sangat mendalam agar visi dan misi Sekolah Tinggi Agama Islam pada satu sisi tetap berada dalam koridor sistem pendidikan nasional, dan pada sisi lain tetap selaras dengan rumusan-rumusan Deklarasi UNESCO tentang Perguruan Tinggi.

Bacaan Lainnya

Sehingga, dengan perubahan itu menjadikan Universitas Islam Negeri dapat bersaing dan sekaligus memainkan perannya secara sosio-kultural, politik, ekonomi, sains dan teknologi serta keagamaan dalam pusaran relasi nasional dan interaksi global.

Terkait hal ini, guru besar UINSU Prof Dr H Ansari Yamamah MA, menyatakan bahwa para pemimpin UINSU telah menterjemahkan visi dan misi Universitas ini sebagai Islamic Learning Society (Masyarakat Pembelajar Sesuai dengan Nilai-nilai Islam) kepada program yang lebih konkrit dan aplikatif.

Menurut Prof Ansari, program tersebut terhimpun dalam empat istilah mendasar yaitu: Kualitas, Akreditasi, Digitalisasi dan Internasionalisasi, yang kemudian diturunkan kepada unit-unit dan juga Fakultas serta PPS yang secara kolaboratif harus mengacu kepada keempat istilah tersebut.

“Untuk mendukung program besar ini, maka segenap pejabat, staf, dosen dan seluruh pegawai UIN-SU haruslah menyadari dan memahami bahwa perubahan IAIN menjadi UIN tentu tidak hanya terjadi dalam perubahan nama dan kebijakan institusi, akan tetapi harus diikuti dengan perubahan pola pikir dan tindakan secara kolaboratif dalam semangat Gerakan Total Produksi”, kata Prof Ansari Yamamah, kepada wartawan, Senin (10/4) di Medan.

Penggagas Islam Transitif ini juga menyatakan bahwa realisasi gerakan total produksi UINSU dengan keempat istilah di atas, tentu saja memerlukan taktik dan strategi management yang handal, inovatif dan kreatif, sehingga seluruh civitas akademika bergairah untuk terus bergerak memaksimalkan pikiran dan kerja dalam dimensi pengabdian demi UINSU untuk Indonesia dan peradaban dunia.

BACA JUGA :  Pererat Silaturahmi, Plt Rektor UINSU Kunjungi Wakil Gubernur Musa Rajekshah

Maka itu, Prof Ansari memberikan sumbangan pemikiran sekaligus tawaran untuk Rektor terpilih nantinya, diantara strategi yang harus diterapkan kedepan terkait dengan tujuh (7) aspek management UIN-SU yang harus dikembangkan, sebagai dasar peningkatan kualitas layanan dan peningkatan kualitas proses belajar, sehingga output yang dihasilkan dirasakan oleh masyarakat secara luas.

Ketujuh aspek menejerial itu menurut Prof Ansari yang bergelar Datuk Pandya Wangsa itu, yakni: Pertama, penguatan kesamaan pandang secara jelas dan terukur bagi segenap civitas akademika terhadap visi misi UIN-SU.

Kedua, setiap unsur pemimpin di UIN-SU secara kontiniyu menanamkan sekaligus memperkuat kapasitas kepemimpinan (leadership) yang visioner, memiliki wawasan terbuka, kepekaan dan kepedulian, jujur dan adil, serta memiliki etika dan estetika dalam manjalankan roda manajemen kelembagaan (the art of management).

Ketiga, penguatan ketersedian sumber daya manusia yang memiliki keahlian melalui berbagai pelatihan, workshop, dan lainnya. Berbagai capaian prestasi akademik dosen dan juga mahasiswa UIN-SU baik dalam bentuk lokal, nasional maupun internasional telah mulai berbicara.

“Secara akademik, cukup banyak dosen UIN-SU yang telah membuktikan hasil karya mereka terpublish di jurnal-jurnal bertaraf internasional, dan diantaranya ada juga yang telah mendapat kepercayaan sebagai international reviewer. Demikian juga cukup banyak mahasiswa UIN-SU yang memenangkan kompetisi akademik di berbagai level internasional”, sambungnya.

Keempat, mempunyai program kerja terencana (well planned programs) baik dalam bentuk rencana akademik maupun sarana pra sarana yang berkualitas, terakreditasi unggul, terdigitalisasi dan internasionalisasi. Tentu saja civitas akademika UIN-SU harus memahami betul bahwa salah satu kegagalan pembangunan dan pelaksanaan manajerial perguruan Tinggi Islam adalah dikarenakan tidak adanya program kerja terencana sehingga masing-masing bidang berkerja tanpa arah dan guide line yang jelas yang berakibat tidak terealisasinya visi dan misi kelembagaan.

Kelima, UIN-SU semakin terlihat dalam penerapan administrasi berbasis IT (digitalisasi). Tidak dapat dipungkiri bahwa administrasi berbasis IT merupakan sebuah keharusan yang tak terelakkan, khususnya bagi Perguruan Tinggi Islam, demi sebuah pelayanan maksimal, efesien dan efektif yang hari ini diukur dengan keberhasilan akreditasi. Tentu saja dalam hal ini, kita berbicara sistem, bukan berbicara dalam konteks ketersediaan fasilitas semata.

“Capaian UIN-SU yang terus mengalami perkembangan yang sangat cepat baik akademik maupun non akademik. Dari sisi akademik misalnya, dalam satu dekade ini UINSU telah berhasil meningkatkan akreditasi institusinya dari peringkat C menjadi B. Ini adalah prestasi tercepat yang didapat UINSU”, ujarnya.

BACA JUGA :  ISLAM TRANSITIF: UNTUK KEMANUSIAAN DAN PERADABAN

Beberapa prodi berhasil meraih akreditasi A dan terakhir adalah Akreditasi unggul yang dicapai oleh beberapa prodi dan Fakultas, seperti FEBI. Perpustakaan UINSU juga berhasil meraih akreditasi A pada tahun 2019.

Keenam, UIN-SU hari ini telah memiliki networking yang cukup membanggakan baik secara struktural maupun fungsional.

“Berbagai bentuk kerjasama (MOU dan MOA) dalam dan luar negeri telah mulai menunjukkan geliat yang signifikan. Berbagai ahli, tokoh, dan pejabat pemerintah baik daerah maupun pusat telah mulai merasakan kebanggaan mereka bisa hadir di tengah-tengah civitas akademika UIN-SU”, tambah pakar Ushul Fiqh ini.

Ketujuh, harus adanya keberanian Rektor UIN-SU kedepan untuk menegakkan pengawasan komprehensif terhadap jalannya roda kegiatan belajar mengajar, administrasi dan pembangunan, termasuk pembangunan fisik yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan.

“Reward and punishment juga mejadi kata kunci keberhasilan UIN-SU merealisasikan visi misinya. Siapa saja yang menunjukkan kerja-kerja produktif patut diberikan penghargaan”, lanjut pemikir produktif UINSU ini.

Saat ini, lanjutnya, pegawai, staf dan dosen UIN-SU tidak hanya telah merasakan kebermanfaatan mereka kepada lembaga dan keummatan, tetapi juga sekaligus telah merasakan kesejahteraan yang semakin hari terus menunjukkan peningkatannya.

‘Ala kulli hal, UIN-SU hari ini dan esok insya Allah akan terus menunjukkan kapasitasnya sebagai sebuah universitas Islam yang berkualitas dan teruji demi menjawab tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam sebuah kompetisi rekayasa peradaban yang menggairahkan, mensejahterakan, sekaligus membahagiakan. Syaratnya hanya satu, yaitu Gerakan Total Produksi menjadi solusi. Semoga bermanfaat untuk peradaban umat manusia”, sambung penggiat Pemikiran, Filsafat dan Sosiologi Hukum Islam ini. (red)

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *