NasionalPeristiwa

Tanggapi Sikap Gus Miftah, Video Tuan Guru Batak Ditonton 1,9 Juta Kali

×

Tanggapi Sikap Gus Miftah, Video Tuan Guru Batak Ditonton 1,9 Juta Kali

Sebarkan artikel ini
Tanggapi Gus Miftah
Tanggapi Sikap Gus Miftah, Video Tuan Guru Batak Ditonton 1,9 Juta Kali

MEDAN — Keputusan Miftah Maulana Habiburahman, atau yang dikenal sebagai Gus Miftah, untuk mengundurkan diri dari jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden menjadi perhatian luas. Langkah ini dilakukan setelah kontroversi video yang menunjukkan dirinya melontarkan candaan terhadap seorang penjual es teh dengan kata-kata yang dianggap merendahkan.

Video tersebut tak hanya memicu kritik publik, tetapi juga menjadi sorotan tokoh-tokoh penting, termasuk Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim.

Di tengah polemik ini, ulama karismatik asal Sumatera Utara, Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Dr. H. Ahmad Sabban elRahmaniy Rajagukguk MA., memberikan tanggapan melalui video di akun media sosialnya. Video tanggapan TGB yang membahas sikap Gus Miftah, dilihat pada Sabtu pagi (7/12/2024), telah ditonton lebih dari 1,9 juta kali dalam dua hari, dengan ribuan komentar yang mendukung dan merefleksikan pandangan sang ulama.

Candaan dan Tawa yang Menggores Luka

Dalam unggahan video berdurasi singkat tersebut, Tuan Guru Batak menyoroti pernyataan Gus Miftah yang melabeli penjual es teh dengan kata “goblok”. Ia menilai bahwa candaan seperti itu, apalagi diiringi tawa para pendakwah lainnya, telah melukai banyak hati, termasuk kalangan netizen yang turut mengecam sikap tersebut.

“Betapa miris menyaksikan video itu. Di panggung mulia, seorang pendakwah justru terlihat tidak menjaga adab. Lisan yang seharusnya menjadi contoh baik malah melukai,” ungkap TGB dalam refleksi spiritualnya.

BACA JUGA :  Puluhan Kapus Deli Serdang Gruduk Kantor BPJS Kesehatan, Tuntut Penjelasan Pemotongan Anggaran

Ia juga menambahkan bahwa seorang tokoh agama memiliki tanggung jawab moral yang besar untuk menjaga lisan dan sikap, terlebih dalam posisi publik seperti Gus Miftah yang sebelumnya diamanahkan sebagai Utusan Khusus Presiden di bidang kerukunan, moderasi, dan toleransi.

Tanggapi Gus Miftah

Respon Publik Mengalir Deras

TGB menyebutkan bahwa sikap Gus Miftah tidak hanya mencederai hubungan antarmanusia, tetapi juga menunjukkan kurangnya penghormatan terhadap profesi sederhana seperti penjual es teh. Ia mengingatkan bahwa kesombongan dan penghinaan terhadap sesama manusia bertentangan dengan ajaran agama dan nilai kemanusiaan.

Publik pun merespon dengan berbagai cara, mulai dari komentar di media sosial hingga petisi yang mendesak Gus Miftah untuk mundur. Gerakan ini mendapat perhatian luas, termasuk dari kalangan tokoh nasional hingga internasional. Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, bahkan secara terbuka menyayangkan sikap Gus Miftah yang dianggap tidak mencerminkan nilai-nilai Islami.

Pelajaran dari Peristiwa Gus Miftah

Dalam videonya, TGB juga menyampaikan bahwa peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Ia menegaskan bahwa profesi atau status seseorang, sekecil apapun, tidak boleh dipandang rendah. Sebaliknya, rasa syukur dan penghormatan terhadap sesama harus selalu dijaga.

“Betapa mudah bagi Allah untuk meninggikan yang rendah dan merendahkan yang tinggi. Apa yang kita ucapkan bisa menjadi berkah, tetapi juga bisa menjadi musibah,” pesan TGB.

BACA JUGA :  Kemah Pelajar di Taman Hutan Raya Berastagi Diikuti Ratusan Siswa SMAN 3 Medan

Gus Miftah sendiri telah meminta maaf atas insiden ini, mengundurkan diri dari jabatannya dengan kerendahan hati, dan menyebut keputusan tersebut sebagai hasil dari proses istikharah. Namun, polemik ini masih menyisakan perdebatan panjang di tengah masyarakat.

TGB menutup tanggapannya dengan mengingatkan para tokoh agama, da’i, dan ustaz untuk selalu berhati-hati dalam bersikap. Ia menyebutkan bahwa popularitas dan kedudukan hanyalah sementara, dan pada akhirnya adab dan akhlaklah yang akan menjadi penilaian utama.

“Jadikan kisah ini sebagai iktibar. Jagalah lisanmu. Karena dari lisannya seseorang dimuliakan, dan dari lisannya pula seseorang dihinakan,” tutup TGB dalam kajian hikmah yang telah menginspirasi banyak orang.

Peristiwa ini, menurutnya, menjadi pengingat bagi umat manusia bahwa kemuliaan sejati tidak terletak pada status sosial, melainkan pada ketulusan hati dan penghormatan terhadap sesama.

(ABN/Basri)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *