Oleh : Fitri Handayani Br. Sembiring
Di Indonesia, orang yang bertugas memberi penjelasan pencerdasan dan pencerahan disebut rumpun keguruan. Orang yang memilih dan menekuni pekerjaan dalam rumpun keguruan antara lain profesor, dosen, pengajar, pamong belajar, guru, pendidik, pelatih, instruktur, penatar, penceramah, pembicara, manggala, widyaiswara, pembina, mentor, konselor, fasilitator, dan tutor.
Dalam rumpun keguruan ini dikenal pula etos keguruan. Etos keguruan adalah paradigma, pandangan hidup, dan filsafat keguruan yang memuat kesadaranβkesadaran, pengertian-pengertian, keyakinan-keyakinan, kearifan-kearifan, kewajiban-kewajiban, prinsip-prinsip, nila-nilai, norma-norma, tata-susila serta tata-krama, termasuk pantangan-pantangan yang khas bagi profesi keguruan yang secara keselurahan memberi watak dan warna kepada profesi besar ini.
Profesi mulia ini merupakan salah satu hal yang terdampak besar akan pandemi Covid-19 dewasa ini. Para pengajar harus mengeluarkan 1001 tenaga ekstra untuk menyiasati pelaksanan profesinya. Tanggung jawab yang besar akan tugas mencerdasakan kehidupan bangsa makin bertambha berat karea situasi Covid-19. Sekolah dengan cara normal tak lagi bisa dilakukan akibat protocol kesehatan yang harus dijalankan. Namun, para pendidik tetap dituntut untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Hal itu tentunya bukanlah hal yang mudah.
Dunia pendidikan sangat terdampak karena adanya pandemi Covid-19 ini. Bukan hanya tingkat pendidikan rendah, pendidikan tinggi dan lainnya juga merasakan dampak dari pandemi ini. Adanya wabah virus corona ini menghambat kegiatan belajar mengajar yang biasanya berlangsung secara tatap muka kini berubah menjadi system pembelajaran secara online ataupun daring. Pandemi Covid-19 ini memaksa kebijakan social distancing untuk meminimalisir penyebaran virus corona ini. Pusat perbelanjaan ditutup, para pekerja diharuskan bekerja dari rumah (work from home), jam operasional tempat rekreasi diliburkan dan semua tempat yang mengundang keramaian di tutup paksa oleh pemerintah.
Masa pendidikan sebelum masa pandemi ini Guru adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam bidang pendidikan, di era Covid-19 ini peran Guru tidak lagi menjadi pengaruh berhasilnya pendidikan di Indonesia karena peran Guru sudah digantikan dengan orang tua. Pada masa pandemi ini, pemerintah menganjurkan untuk semua institusi pendidikan melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah. Pembelajaran dilakukan dengan cara online, Proses Belajar Mengajar (PBM) dilakukan secara daring. Selama masa pandemi ini guru harus pandai memanfaatkan media sosial untuk menunjang keberhasilan pembelajaran jarak jauh.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru yang dituntut untuk memberi inovasi dan kreativitas dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dengan tidak hanya memberikan tugas yang banyak serta memberi beban kepada siswa. Teknologi pada zaman sekarang sangat dibutuhkan untuk segala urusan, hal ini terjadi tentu saja akibat dari pesatnya kemajuan teknologi. Dari anak-anak hingga orang tua, dari orang yang tidak memiliki pekerjaan sampai pada orang yang sangat sibuk dengan pekerjaannya, teknologi telah menjadi bagian hidup masyarakat masa kini.
Tidak hanya dalam bidang-bidang besar, teknologi juga berpengaruh pada perkembangan pendidikan. Dalam penerapannya, teknologi memiliki peran tersendiri yang membuat proses belajar mengajar menjadi mudah dan menyenangkan. Semua ini terjadi karena adanya tuntutan global yang terus mendesak dunia pendidikan untuk menyesuaikan perkembangan terhadap usaha dalam peningkatan mutu pendidikan. Sehingga dalam beberapa tahun, budaya proses belajar mengajarpun mulai berganti.
Sekolah dapat memanfaatkan berbagai macam media komunikasi, baik berbasis suara maupun berbasis video. Dengan memanfaatkan internet yang ada sebagai penghubung pembelajaran jarak jauh, guru tetap dapat memberikan materi pembelajaran terhadap siswanya. Mutu pendidikan diharapkan dapat meningkat karena adanya perkembangan teknologi yang ada. Terutama dalam menyesuaikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang khususnya digunakan dalam proses metode pengajaran. Dengan adanya perkembangan teknologi ini, guru dituntut untuk berinovasi dan kreatif dalam proses pembelajaran untuk membuat metode pembelajaran.
Dengan adanya teknologi pada saat ini, guru terbantu karena teknologi mempunyai peran memudahkan dan meringkas pembelajaran. Materi pembelajaran dapat dengan mudah dicari karena aplikasi yang terdapat di dalam hp. Jawaban dari pertanyaan dapat dengan mudah ditemukan dalam waktu yang singkat. Guru dapat memberikan tugas setiap harinya kepada siswa, karena jam pembelajaran setiap harinya yang relatif sebentar. Tetapi, dengan keadaan seperti ini anak menjadi malas untuk belajar dengan alasan situasi rumah yang tidak kondusif dan tidak adanya guru yang hadir secara langsung akibatnya tugas-tugas yang seharusnya dikerjakan bisa menumpuk setiap harinya.
Menurut beberapa penelitian proses pembelajaran secara daring hanya mentransfer sebagian kecil dari bagian pendidikan yaitu aspek kognitif saja. Sedangkan aspek-aspek lain tidak tersalurkan, seperti aspek efektif, psikomotorik. Serta nilai-nilai kemanusian seperti akhlak, proses pendewasaan sosial, budaya, etika, dan moral. Semua ini hanya bisa didapatkan dengan interaksi sosial (proses belajar mengajar) dilingkungan sekolah. Peran guru tidak dapat digantikan pada saat pembelajaran daring. Pada segi efektif dan psikomotor teknologi tidak bisa menggantikan sosok seorang guru. Karena guru bukan hanya sebatas mentransfer ilmu tetapi sebagai figur untuk menyampaikan akhlak, sosok untuk digugu dan ditiru. ** msj
Β
Β ** Penulis adalah mahasiswa UINSU Medan dan peserta KKN-DR 2020 Kelompok 119 **