√ Nia Rahmadana (0603203034)
√ Shakira Putri Anjeli (0603203015)
√ Farah Mutiara Zahra Nst (0603203050)
Ir Soesarsono Wijandi MSc, dosen kewirausahaan senior Fakultas Teknologi Pertanian IPB University pernah berkata bahwa “selama manusia masih makan, bisnis makanan dan minuman tidak akan pernah mati’’.
Hal tersebut didukung dengan kemajuan teknologi di era sekarang. Bisnis makanan sangat dibantu dengan kehadiran sosial media terutama untuk promosi produk makanan. Hal ini dibuktikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sebanyak 71,74% usaha penyedia makanan dan minuman memanfaatkan media online untuk mempromosikan usaha atau produk makanannya pada 2020.
Kemudian, sebanyak 36,64% usaha menggunakan spanduk untuk sarana promosi dan 30,16% menggunakan brosur. Ada pula 8,65% usaha masih menggunakan media televisi/radio sebagai sarana promosi. Lalu, sebanyak 7,41% usaha melakukan promosi melalui surat kabar/majalah dan 10,07% menggunakan media lainnya untuk mempromosikan usahanya.
Sarana yang banyak digunakan dalam penjualan secara online adalah melalui layanan pemesanan yang dilakukan pihak ketiga, yaitu sebesar 61,69%. diikuti media sosial sebesar 49,69%, sedangkan melalui website hanya 17,62%.
Salah satu makanan yang mulai akrab di berbagai kalangan masyarakat Indonesia yaitu sashimi. Sashimi merupakan makanan khas Jepang. Kata Sashimi sendiri berasal dari kata sashi yang berarti ditusuk dan mi yang berarti daging. Jadi secara harafiah Sashimi berarti daging tusuk.
Pendapat lain mengatakan bahwa Sashimi diambil dari kata Namashishi yang artinya daging mentah dan Namasuki yang berarti potongan segar. Secara umum, Sashimi adalah daging ikan laut yang diiris tipis menjadi beberapa bagian. Kebiasaan makan Sashimi di Jepang juga didukung oleh hasil laut yang sangat banyak sehingga bisa dinikmati setiap hari. Konon kebiasaan memakan makanan mentah bagi orang Jepang sudah ada semenjak nenek moyang mereka.
Namun, belakangan ini viral di media sosial Tik-Tok dan Instagram @nofelitasijabat, perempuan berdarah Batak membagikan postingan miliknya mengenai makanan khas batak, Naniura yang disebut “sashimi-nya suku Batak” yang sudah tembus penjualan 80 kg yang berawal dari hobi memasak untuk keluarga kecilnya yang tinggal di Jakarta.
Sama halnya dengan Sashimi, Naniura merupakan makanan yang berbahan utama ikan mentah, namun perbedaan keduanya di dapati pada bumbu yang menjadi ciri khas kedua makanan tersebut.
Jika Sashimi dinikmati dengan saus kecap dan parutan jahe, maka Naniura dapat dinikmati dengan berbagai rempah khas nusantara, lalu didiamkan beberapa saat agar bumbu meresap ke dalam ikan yang sudah di-fillet.
Naniura atau dikenal juga dengan nama dengke mas na niura adalah hidangan khas bagi masyarakat suku Batak, khususnya daerah Tapanuli, Sumatera Utara.
Dalam filosofi masyarakat Batak, ikan mas adalah simbol berkah kehidupan dan hidup rukun damai bersama seperti ikan mas yang hidup bergerombol. Oleh karena itu, ikan mas lazim digunakan masyarakat suku Batak sebagai hidangan acara adat. Dulunya, Naniura adalah sajian khusus untuk raja-raja Batak di Tapanuli. Seiring perkembangan zaman, Naniura kini bisa disantap oleh siapa saja.
Proses pemasakan daging ikan mas pada Naniura mengandalkan proses kimiawi keasaman saat ikan direndam dalam bumbu rempah selama 3 hingga 6 jam. Meski tidak dimasak, makanan khas Sumatera Utara ini tidak memiliki bau amis sama sekali jika dibuat dengan cara dan bumbu yang benar.
Naniura akan matang melalui kematangan bumbu utama yakni asam batak seperti utte sira, atau asam jungga, bisa juga menggunakan kecombrang. Bumbu rempah Naniura menggunakan bahan-bahan alami dan segar. Bumbu siram ini terdiri dari kunyit, jahe, kemiri, kencur, cabe merah, cabe rawit, bawang merah, bawang putih, dan kecombrang sebagai aroma. Selain itu, rempah khas yang wajib digunakan adalah andaliman. Andaliman biasa disebut sebagai merica batak dan sering juga digunakan sebagai bahan pendukung masakan batak.
Naniura bagi suku Batak tentu sudah tidak asing lagi, namun dengan keberadaan media sosial Instagram dan tiktok, Naniura kini lebih dikenal ke seluruh lapisan masyarakat. Beberapa Food Vloger atau Youtuber terkenal di Indonesia bahkan sudah mengakui kelezatan makanan asli suku Batak ini. Dengan ciri khas andaliman, kini Naniura mulai dipandang dan dapat bersaing dengan makanan-makanan yang disajikan dalam kondisi mentah seperti sashimi Jepang.
Dengan demikian sebagai bangsa Indonesia, sudah sepatutnya untuk bangga akan keberagaman yang ada pada negara Indonesia, tak hanya suku, ras dan budaya yang beragam, makanan khas daerah dari setiap suku juga beragam dan harus tetap di lestarikan dengan baik layaknya Naniura, yang mulai digemari lintas suku di Indonesia. **
(**Tulisan ini dibuat sebagai tugas akhir semester Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumut Medan)
- Rangkaian Peringatan HANI 2025, PKS Sumut Tegaskan Komitmen Perangi Narkoba – Juli 2, 2025
- AMPU dan Praktisi Hukum Kecam Dugaan Korupsi Kepala Dinas PUPR Sumut, Dukung Komitmen Gubernur Bobby untuk Transparansi – Juli 2, 2025
- Peringati HUT Bhayangkara ke-79, Wali Kota Binjai Apresiasi Dedikasi Polri – Juli 2, 2025